Minggu, 12 Maret 2023

Ultimatum



Aku baru tiba di rumah menjelang Isya. Kemacetan saat jam pulang kantor, membuatku menghabiskan waktu  lebih lama  di  perjalanan. 
Setelah shalat dan beristirahat sebentar, aku bergegas ke dapur menyiapkan makan malam.

Suara nada dering panggilan masuk terdengar hingga ke dapur. Aku berlari ke kamar mengambil handphoneku. Namanya tertera di layar kaca, Arsa Praditya, teman sekelasku saat SMP. Kami berteman sudah sekitar 19 tahun, sampai sekarang masih sering berkomunikasi.

Dengan rasa was-was, aku mengangkat teleponnya. Dia mengawali pembicaraan dengan menanyakan kabarku. Tapi kali ini, aku sangat tidak antusias menanggapinya. 

Dia terus mengoceh panjang lebar. Aku lebih banyak diam, sesekali kurespon dengan jawaban singkat. Nada suaranya mulai terdengar khawatir. Aku hanya mengabaikan. Bosan disikapi sangat protektif. Dia melanjutkan  dengan  beberapa pertanyaan dan bercerita  panjang lebar.

"Aku sedang menyiapkan makan malam, tidak bisa  ngobrol lebih lama." Sahutku.

"Maaf mengganggumu, kalau begitu sudah dulu ya. Kamu baik-baik ya di sana." Lontarnya mengakhiri pembicaraan dengan suara yang terdengar kecewa.

"Berhenti menghubungiku, Sa. Aku tidak ingin menghancurkan hati suamiku. Aku tidak mau merusak rumah tanggaku." Balasku dingin sebelum ia menutup teleponnya. 

Kata-kata suamiku terus terngiang di kepalaku,
"Jangan terlalu sering  berkomunikasi dengan Arsa. Aku tahu dia masih menyimpan perasaan padamu, gelagatnya sangat jelas. Aku percaya kamu  hanya menganggapnya teman. Tapi lebih baik  kita menghindari kemungkinan yang lebih buruk. Kalau kamu masih menghargaiku sebagai suamimu, tolong berhenti menghubunginya." 

#5CC
#5CC6
#bentangpustaka
#DioramaCareerClass

0 comments:

Posting Komentar

Apa komentarmu? Silakan menuliskannya ^^ ...