Tampilkan postingan dengan label LemINA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label LemINA. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 September 2016

Imam Desa Himbau Masyarakat Untuk Tidak BAB Sembarang Tempat


Pemerintah Kab.Takalar bekerjasama dengan UNICEF dan Lembaga Mitra Ibu dan Anak, sukses melaksanakan Sosialisasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Sosialisasi ini khusus untuk Imam Desa sekabupaten Takalar di Gedung PKK selama 2 hari, pada 7-8 September 2016. Kegiatan ini, diinisiasi oleh Dinas Kesehatan dan Kemenag Kab. Takalar untuk menyosialisasikan Program STBM kepada Tokoh Agama, agar mereka bisa menjadi salah satu ujung tombak dalam membantu memicu perubahan perilaku masyarakat.

“Pemuka agama/ imam desa diundang dalam sosialisasi ini, karena diharapkan bisa menyebarluaskan informasi terkait kebersihan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PH BS), sehingga dapat memicu masyarakat tidak BAB sembarangan. Program ini, merupakan program Pemerintah Kab.Takalar bekerjasama dengan UNICEF dan LemINA. Di Takalar, ada dua program yaitu STBM dan WASH in School. Dalam kegiatan ini UNICEF mempercayakan kami (LemINA) sebagai mitra untuk melaksanakan program.” Ujar Ibu Nurtang Gani, Project Manager WASH (Water and Sanitation Hygiene) LemINA saat pembukaan kegiatan.

Imam Desa diharapkan mampu menyinergikan informasi PHBS ke dalam ceramah/ khutbah agama nantinya. Melalui ceramah, imam desa bisa menghimbau dan menganjurkan masyarakat untuk menghentikan kebiasaan BABS (Buang Air Besar Sembarang) seperti di sungai, laut sawah, ladang, semak-semak dan sebagainya. Ini lantaran, BABS berdampak buruk terhadap kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, dimana dapat menjadi faktor pemicu terjadinya kenaikan angka kesakitan dan kematian secara signifikan.

“Dalam agama kita ini, kebersihan merupakan hal yang sangat penting maka bapak-bapak sebagai imam desa yang merupakan ujung tombak dalam masyarakat, kami harap bisa menyampaikan mengenai perilaku hidup bersih sehat dan pentingnya kebersihan. Kita harus bisa memberikan penyuluhan dan sosialisasi terhadap masyarakat.” Himbau Bapak Drs. Mustajab, MM, Kasi Bimas Islam Kemenag kepada seluruh Imam Desa/Kelurahan dan Kepala KUA yang hadir.

Program Sanitasi Total Berbasis masyarakat ini bukanlah program baru. Program ini, mungkin klise karena hanya mengurusi orang yang Buang Air Besar Sembarang. Kenapa organisasi dunia sangat gencar mengurusi persoalaan BABS ini? Berdasarkan data WHO, Indonesia menempati peringkat kedua di dunia sebagai negara BABS terbanyak. Ini adalah salah satu prestasi yang sangat disayangkan, mengingat di Indonesia sebagian besar penduduknya adalah muslim. Oleh karena itu kita berharap prestasi ini bisa menurun.

“Satu orang yang BABS akan memberikan dampak untuk orang sekampung. Efek sampingnya bukan hanya kita sendiri tapi orang lain, bahkan orang yang tidak pernah bersilatuahmi dengan kita sekalipun bisa terkena dampaknya, mereka bisa terkena penyakit yang dibawa oleh lalat dari kotoran manusia.” Ungkap Ibu Eveline, District Fasilitator UNICEF.

Jumat, 15 Januari 2016

Januari dan Lautan


Rencananya akan ada kunjungan sekolah di Pulau Tanakeke pada hari Kamis (14/1). Saya mengajak beberapa teman. Kak Indi dan Eka antusias ingin ikut. Kapal yang sudah deal kami tumpangi, menyanggupi akan mengantar ke Pulau dengan syarat berangkat pukul 06.30 pagi dari Dermaga Takalar Lama, agar bisa langsung pulang pada siang harinya. Jadi, kami harus berangkat dari Gowa sekitar pukul 05.30. Sayangnya, Kak Indi batal ikut karena tidak bisa jika harus berangkat sepagi itu.

Tiba-tiba malamnya, ada kabar pembatalan sepihak. Katanya cuaca kurang bagus untuk menyebrang besok pagi, jadi sekalian pekan depan saja. Saya mulai dongkol, menduga-duga banyak hal. Cuaca buruk? Bukankah itu hal wajar di bulan Januari ini? Sekarang angin musim barat, pastilah gelombang laut agak mengerikan apalagi jika hujan turun. Menurut prediksi cuaca, hingga pekan depan pun masih berpotensi hujan di wilayah Sulawesi Selatan. Jadi, tetap saja akan ada kemungkinan cuaca buruk hingga pekan depan.

Segera kuhubungi Kak Dian dan memastikan kebenaran mengenai kabar pembatalan untuk ke pulau besok.

“Kenapa baru malam begini diinformasikan kalau tidak bisa berangkat, coba dari tadi sore kita masih bisa cari kapal lain. Lagian juga kenapa bukan saya yang langsung dihubungi kalau besok batal.” Keluh Kak Dian dengan nada kecewa.

“Iya kak, saya juga baru dikabari. Padahal tadi sudah ketemu kepala sekolah dan memastikan akan berangkat hari Kamis besok.” suaraku mulai memelas.

“Tadi juga sudah deal kalau bisaji pergi pagi-pagi dan pulang siangnya. Kenapa tiba-tiba dibatalkan.” 

"Pokoknya saya harus tetap berangkat besok pagi, Kak." saya meyakinkan Kak Dian meski tetap saja kekhawatiranku jauh lebih besar.

"Iya, nanti saya coba cari info kapal dulu.” Kak Dian menyanggupi.

Kami melanjutkan percakapan via WhatsApp. 

“Seandainya bukan malam saya dapat info, saya cari memang alternatif lain.”

“Tapi biar bagaimana pun, saya harus usahakan berangkat besok pagi, Kak.” Balasku.

“Kalau tidak dapat info malam ini, mungkin terpaksa minggu depan baru bisa pergi. Soalnya kalau mau menginap kita tinggal di mana?"

“Besok hari pasar kan kak? Kapal penumpang kalau hari pasar biasanya memang tidak ada yang berangkat siang atau sore dari pulau?”

“Itu juga informasinya saya tidak tahu.”

Masih ada kesempatan mencari alternatif lain. Biar bagaimana pun harus dapat kapal pengganti. Beruntunglah kak Dian mau membantu mencarikan kapal lain yang bisa kami tumpangi. Sayangnya sampai tengah malam berchit-chat ria dan mencari informasi melalui teman. Tetap saja hasilnya nihil, kami belum mendapatkan solusi dan titik terang mengenai keberangkatan besok. Dan kabar buruknya lagi, Kak Dian yang juga berencana menemaniku ke pulau, terpaksa harus mengurungkan niat karena dia batal diliburkan, katanya besok tetap harus masuk kantor. 

Informasi mengenai waktu keberangkatan kapal ke pulau maupun sebaliknya masih abu-abu. Satu-satunya solusi paling maksimal yang bisa kami usahakan agar perjalanan ke pulau tidak ditunda hingga pekan depan yaitu besok pagi harus langsung ke dermaga  dan bernegosiasi dengan pemilik kapal yang stay di dermaga. Kukabari Eka via BBM agar membawa pakaian cadangan untuk berjaga-jaga jika kami tidak dapat kapal pulang.

Paginya saya terbangun dengan kepala pening dan mata perih.  Segera kucek layar HP, 7 panggilan tak terjawab. Duh sudah pukul 05.50 pagi. Bagaimana tidak telat kalau tidurnya sekitar pukul 2 dini hari. Aku melompat turun dan segera bergegas.  Eka sudah menunggu di depan rumah sejak 20 menit yang lalu. Kami berangkat pukul 06.10. Sekitar pukul 7 lewat kami tiba di dermaga. 

Cuaca hari ini sangat terik. Semoga tidak hujan hingga kami kembali. Kak Dian mulai bernegosiasi dengan salah satu pemilik kapal. Sedang saya dan Eka menuju warung makan untuk sarapan pagi. Kak Dian mengabarkan bahwa charter kapal untuk pulang pergi harganya Rp 700.000,  kalau mau lebih murah harus menunggu sampai jam 12  dan berangkat bersama penumpang lain sepulang dari pasar. Tapi kami tidak bisa menunggu sebab mengejar jam sekolah. Akhirnya kami sepakat menyewa kapal. Si Dana, salah seorang teman yang kami tunggu  juga sudah tiba di dermaga. 

Suasana di atas kapal saat perjalan pergi
 Kami menuju  kapal dan berangkat bertiga bersama dua nakhkoda kapal. Kami tiba di dermaga Pulau Tanakeke Dusun Tompotanah setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit. Sekolah yang kami tuju letaknya di dusun Dandedandere, itu berarti kami masih harus melanjutkan perjalanan selama 15 menit dengan kapal yang lebih kecil karena air masih surut. Setibanya di Dusun Dandedandere kami berjalan kaki sekitar 15 menit melewati empang dan sungai-sungai kecil berjembatan kayu.

Perjalanan pulang tak sedamai perjalanan pergi. Belum sampai setengah perjalanan, gelombang laut mulai agak tinggi. Saya menoleh memperhatikan ekspresi Eka dan Dana yang duduk di sebelah kanan kiriku. Jelas sekali mereka berdua sangat panik. Mereka mulai mengeratkan genggaman tangannya pada tiang kapal. Ombak menghantam badan kapal, menghempas ke kiri dan kanan. Kami seperti sedang bermain wahana roller coaster.

Suasana di atas Kapal saat perjalanan pulang
Ibuuu Ibuuuu ibuuuuu ibuuuuu…” Eka mulai berteriak. Dana juga ikut berteriak histeris karena ketakutan. Suara mereka tak kalah nyaring dengan suara hantaman ombak yang mulai mengamuk. Posisi dudukku sudah bergeser karena kapal terus terayun-ayun. Saya mulai khawatir, tetapi urung berteriak. Anehnya saya malah tertawa melihat ekspresi Eka dan Dana yang masih histeris. Air laut sudah terpercik masuk ke badan kapal.

Asiiin.” Eka berkomentar sambil mengecap saat air laut juga masuk ke mulutnya.

“Ya iyalah asin, kan air laut.” Jawabku spontan.

Tidak adapi kelihatan daratan" dengan lirih Eka menyuarakan kekhawatirannya, takut  jika harus berlama-lama lagi dihantam ombak. 

“Dana, sempat merekam momen yang tadi tidak?” Tanyaku saat kapal mulai agak tenang. 

“Tidak. Takutka. Ini habismi suaraku berteriak.” Jawab Dana dengan suara agak parau.

Akhirnya kami tiba juga di Dermaga Takalar Lama dengan perasaan sangat lega. Hari yang sangat menyenangkan, tak terkecuali pada bagian "histeris" di tengah lautan saat perjalanan pulang. Lihatlah, Januari dan Lautan tetap saja sulit diajak berdamai.

Sabtu, 13 Desember 2014

Mimpi Dibangun Di Atas Semangat Berlapis

Hujan membasahi bumi Gowa sejak kemarin. Tapi haruskah menjadi penghalang langkahku hari ini?. Karena hujan tak pantas menjadi
alasan yang bisa menggagalkan rencana hebat kita, kan?.

Bagaimana pun wajah yang ditampilkan bumi, pokoknya hari ini harus tetap semangat ke sekolah untuk mengisi pertemuan ke 5 NBS.  Agar menghindari risiko basah kuyup, saya memutuskan berdamai dengan diriku untuk melakukan hal yang
berbeda, berjalan kaki memakai payung. Tidak seperti Sabtu-sabtu
sebelumnya diantar dengan motor.

Dua puluh menit waktuku, kunikmati dengan berjalan santai dari rumah ke sekolah. Saya tiba di sekolah
ketika semua anak sudah berada di dalam kelas mereka. Terlihat Wali kelas IV masih berdiri di depan kelas sambil memberi pengarahan kepada anak-anak.

Di luar kelas, tampak dua orang relawan yang lebih dulu tiba. Masih
menunggu di koridor depan kelas. Keduanya terlihat sangat panik
dan khawatir, itu tampak jelas dari
ekspresi mereka yang masam dengan senyum dipaksakan. Salah seorang masih berusaha menghubungi relawan lain yang sepertinya terhalang
hujan dan membuatnya bakal hadir tak tepat waktu.

Sebenarnya, sejak dua pekan lalu, kami merencanakan untuk mengisi pertemuan kali oni dengan menonton film dan menuliskan kembali ceritanya. Menurut kami, zangat tidak kondusif untuk menghandle anak-anak yang “sangat aktif” untuk story telling.

Relawan yang bertanggungjawab
menyiapkan peralatan, belum kunjung datang. Rencana B pun dijalankan. Kami kembali mengarang seperti biasa, dengan tema lingkungan
sekolah.

Pertemuan kali ini, menyadarkan kami bahwa keadaan tim sedang dalam kondisi yang memprihatinkan,
yang membuat beberapa relawan menampakkan kekesalan.

Salah satu masalah yang urgent untuk diperbaiki adalah koordinasi dan komunikasi dalam tim, yang terasa kurang maksimal. Saya dapat merasakan bahwa kami belum sepenuhnya berada pada frekuensi yang sama. Istilah kerennya chemistry-nya belum dapat.

Namun, menurutku inilah yang membuat program NBS akan semakin menarik. Ibarat menjadi anak sekolah, setiap akan naik kelas pasti ada ujian yang harus dilalui terlebih dahulu.

Semoga, masalah itulah yang membuat kami lebih peduli dan sadar bahwa kami tidak bisa berbuat apa-apa tanpa siapa pun. Untuk berjalan dan berlari jauh dalam waktu singkat, kita sulit mencapainya jika hanya dengan satu kaki.

Karena mimpi seharusnya dibangun dari semangat yang berlapis dari para relawan NBS. Agar semua mimpi kecil adik-adik yang mengikuti program ini, sedikit demi sedikit dapat terwujud.

"Jangan sampai kekesalan kecil mengubah kebaikan hati kita. Tetaplah baik dan positif thinking, meski imiian dibangun di atas beberapa cobaan." (Anonim)

Editor: Indah Febriany

Selasa, 14 Oktober 2014

Seru, Menegangkan, Tetapi Keren-NBS Part 2

Hari Sabtu, 11 Oktober 2014, merupakan pertemuan perdana NBS part 2. Untuk wilayah Gowa, kami masih mendapatkan sekolah yang sama dengan NBS part 1, yakni SDN Sungguminasa IV. Relawan yang berkesempatan hadir pada hari itu, ada 8 orang, masing-masing 4 orang dari Tim C dan D. Kami mendampingi kelas gabungan IV A dan B.

Tepat pukul 11.15 wita, seharusnya waktu istirahat para siswa sudah berakhir. Namun, suasana sekolah masih ramai. Anak-anak masih berkeliaran di luar kelas, sebagian bermain di lapangan sekolah, ada yang berlalu lalang di koridor, dan sebagiannya lagi masih memilih duduk-duduk di depan kantin. Sempat terpikir, adakah yang istimewa hari ini? Hingga semua siswa-siswi masih sangat antusias berada di luar ruang kelas. Ternyata hari ini, bertepatan dengan prosesi penarikan guru PPL, pantas saja jam belajar kurang diminati.  
Tapi, syukurlah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya beberapa bangku di ruangan kelas IV sudah mulai terisi, meski masih lebih banyak yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Kami memutuskan untuk masuk ke kelas, sementara beberapa relawan lainnya berinisiatif untuk mencari anak kelas IV yang masih berada di luar kelas.

Setelah bersusah payah, kami berhasil mengumpulkan siswa kelas IV yang berjumlah 60 anak dan memulai kegiatan NBS 2014. Suasana kelas cukup riuh, itulah sebabnya kami membutuhkan sedikit waktu untuk menguasai kelas, sehingga bisa memfokuskan perhatian anak-anak. 

Relawan yang mendapatkan tugas pada pertemuan perdana ini, yakni Nabila, Hendra dan Samsir. Nabila mengemban tanggung jawab untuk mengisi sesi perkenalan, Hendra melanjutkan sesi terpenting yakni menjelaskan, bagaimana cara mengarang cerita dari gambar yang mereka lihat?, sedangkan Samsir memberi instruksi dan membagi anak-anak ke dalam beberapa kelompok.

Semua relawan bertugas untuk mendampingi anak-anak di setiap kelompok. Selanjutnya, anak-anak dibagikan gambar dan kertas kosong. Proses menulis dimulai dengan penuh antusias, meski ada sejumlah anak yang enggan mengarang dengan beragam alasan. Inilah tugas terpenting dari kami, yakni memastikan proses belajar menulis berjalan sesuai dengan rencana dan memberikan motivasi pada anak-anak yang tidak memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan menulis.

Sejumlah kendala tidak lantas membuat proses Nulis Bareng Sobat, tidak berjalan menyenangkan. Justru sebaliknya, kami merasa mendapatkan tantangan tersendiri, dikala sejumlah anak mulai kehabisan ide untuk ditulis. Kondisi kelas semakin menarik, ketika setiap relawan mendapatkan kesempatan untuk memilih satu anak yang dinilai hasil tulisannya paling bagus. Anak yang terpilih, berhak mendapatkan reward berupa gambar paper craft.

Suasana kelas sedikit gaduh, ketika seorang anak yang tidak terpilih tampak kecewa dan bergegas meninggalkan kelas yang diikuti sejumlah siswa lainnya. Namun, untungnya mereka kembali masuk ke kelas, setelah mengetahui bahwa diakhir pertemuan, kami akan membagikan buku mengarang. Tetapi, sebelum dibagikan buku mengarang, Samsir menginstruksikan anak-anak untuk membaca do'a, sebelum mengakhiri pertemuan perdana NBS 2014 part 2. 

Proses pembagian buku berlangsung ricuh. Ini lantaran, hanya Anak-anak yang mengumpulkan karanganlah yang akan mendapatkan buku mengarang. Syaratnya cukup dengan menukarkan karangan mereka dengan buku ke relawan pendamping yang bertugas. Ada beberapa siswa yang tadinya enggan untuk menulis, akhirnya memutuskan untuk memulai menulis dengan tergesa, ini lantaran takut tidak kebagian buku. 

Perjuangan kami, masih akan terus berlanjut hingga enam bulan ke depan. Bisa dipastikan pengalaman yang akan kami temui di setiap pertemuan berbeda, tentunya akan berbeda. Semangat teman-teman Sobat LemINA. Tetaplah menjadi relawan yang melakukan hal kecil, untuk mendapatkan efek yang besar di masa yang akan datang, guna kemajuan generasi penerus bangsa. 

Editor: Indah Febriany

Senin, 05 Mei 2014

Untuk Bahagia, Luangkanlah Waktumu Bersama Mereka

Time flies, sabtu kembali datang. Di saat kami merasa lebih nyaman menikmati akhir pekan bersama keluarga, selalu ada alasan yang membuatku memilih meninggalkan zona nyaman dengan perasaan bahagia, tanggung jawab misalnya.

3 Mei 2014, pertemuan ketiga #NulisBarengSobatku untuk kelas IV-B di SDN Sungguminasa IV. Kelas dimulai pukul 11.30 WITA. Anak-anak kuarahkan untuk berhitung dan membagi mereka menjadi tiga kelompok. Kak Dhila mendampingi kelompok 1, Kak Thya mendampingi kelompok 2, dan saya sendiri mendampingi kelompok 3. 

Apa yang kami lakukan di setiap kelompok? Mengoreksi kesalahan umum dalam tulisan: penggunaan tanda baca, imbuhan, huruf besar/ kecil, kekurangan/ kelebihan huruf atau okkots, dan penulisan kata baku.

Berhubung ada beberapa anak yang tidak membawa buku tulisnya karena alasan lupa, jadilah saya berinisiatif memeriksa beberapa tulisan yang ada saja dengan meminta semua anak menyimak penjelasan beberapa kesalahan yang saya koreksi dari tulisan temannya.

"Untuk kata pada awal kalimat, diawali dengan huruf apa?" Tanyaku membuka sesi belajar hari ini.
 
"Huruf besar/ kapital" beberapa anak menjawab.

"Jadi, 'ibu' diganti 'Ibu', huruf 'I' harus kapital." Aku menjelaskan sambil menunjukkan tulisan yang dikoreksi.

Kesalahan umum dalam penulisan huruf besar/ kecil ialah masih sering menuliskan huruf kecil di awal kalimat/ setelah tanda titik ".", huruf besar di tengah kalimat, dan huruf kecil pada awal nama orang.

Selain kesalahan huruf kecil/besar, anak-anak juga kadang keliru dalam penulisan kata baku, seperti kata "pakai" ditulis "pake". Kesalahan ini biasanya disebabkan karena kebiasaan dalam pengucapan/ lisan, kata "pakai" terkadang diucapkan menjadi "pake".


"Nasehat atau nasihat? Kata mana yang lebih baku?" Umpanku saat melihat kata "nasehat" dalam tulisan salah seorang anak.

Banyak dari mereka memilih "nasehat" karena lebih lazim digunakan, namun kenyataannya menurut KBBI, saat kita mencari kata "nasehat" maka akan diarahkan untuk mengecek kata "nasihat". Itu artinya, kata yang baku adalah nasihat.

Penambahan imbuhan pada kata dasar. Kata "celeng", sinonim "tabung", saat mendapatkan awalan "men" maka akan menjadi "menceleng" bukan "menyeleng". Awal kata yang bisa melebur menjadi "ny" saat mendapatkan imbuhan "men" ialah hanya kata yang diawali huruf "S". Contoh: men + sapu = menyapu
 
Penggunaan tanda baca pada kalimat, "Kata ibu guru kalau ..."
Sebaiknya setelah kata guru diberikan tanda koma ",". Kalau dibaca tanpa tanda koma, bisa saja orang mengira ibu gurunya bernama kalau. 

Dan yang terakhir adalah penulisan kata ganti orang. Beberapa anak masih keliru dalam menuliskan kata ganti, namun ada anak yang sudah benar dalam menuliskannya yaitu menyambungnya dengan kata sebelum/ sesudahnya, contoh: "kupakai" dan "pakaianku".

Hari ini, suasana kelas sangat riuh, beberapa anak yang susah diatur dan tidak membawa bukunya memilih berkeliaran dan mengganggu temannya yang lain. Hal ini membuat kami sangat kewalahan. Namun, ada juga yang asyik memperhatikan tulisan temannya yang dikoreksi dan bahkan berinisiatif membuat tulisan baru setelah tahu kesalahannya.

Sebelum pulang, kami berfoto bersama lalu mengingatkan anak-anak untuk tetap menulis dan membawa bukunya di pertemuan berikutnya.

Sesi penutupan, semua anak bergantian menjabat tangan kami. Beberapa anak yang mendekatiku bertanya,

"Kak, kenapa cuma datang dua pekan sekali?" Ucap seorang anak dengan nada kecewa.

"Iya kak, kenapa dua pekan depanpi lagi baru datangki?" teman disampingnya menimpali.

Ternyata, mereka merindukan kedatangan kami. Waktu yang kami luangkan masih belum cukup bagi mereka.

Terima kasih untuk skenario indah ini. Menjebak kami dalam lingkaran "bahagia" yang tak habis-habisnya, membuat kami mensyukuri  waktu luang yang  Engkau berikan untuk pertemuan singkat ini.

Terima kasih juga untuk teman-teman relawan yang notabene sangat sibuk dengan urusan masing-masing tetapi tetap mau meluangkan waktunya dua jam setiap dua pekan untuk mengajar secara sukarela. Semoga pengorbanan dan usaha kita membuahkan hasil yang manis.

Sabtu, 05 April 2014

Membudayakan Menulis Sejak Dini

Pesan singkat dan status facebook dari salah seorang relawan menjadi pemantik semangat untuk aktivitas hari ini: 
"Kita semua adalah sumber daya bagi Indonesia. 
Kirim semangat #PadamuNegeri untuk Relawan anak LemINA 
yang hari ini akan silaturrahim bersama guru dan
Nulis Bareng Sobat kecil kita di Sekolah Dasar. 
Dampingi mereka belajar menulis, agar kelak mereka 
akan menuliskan sejarah indah negeri ini." Bunga.


Hari ini adalah sabtu spesial. Siang tadi, tepat pukul 11.00 WITA. Di depan gerbang SDN Sungguminasa IV, seorang anak perempuan  tersenyum dan mendekatiku setelah melihatku sibuk mengutak-atik HP. 

"Kak, siapa yang kita cari?"

"Tidak adaji dek. Saya menunggu teman" aku tersenyum, meresponnya sambil membalas pesan dari teman yang kutunggu.

"Mau buat apa kak? mengajar ya?"

"Iya, sebentar mau mengajar menulis. Kamu kelas berapa?"

"Kelas 5, kak."

"Sayang sekali, kelas menulisnya cuma untuk kelas 4."

"Kakak yang pernah datang waktu Kelas Inspirasi 'kan?"

"Iya, kamu masih ingat?" Aku sumringah, ternyata masih ada yang mengingatku.

Lalu dengan antusias dia melanjutkan ceritanya tentang Kelas Inspirasi dan  para inspirator hebat yang menginspirasinya. Kami bernostalgia membahas hal yang mengesankan dari Kelas Inspirasi. Beruntunglah, momen menunggu kali ini terlewati dengan menyenangkan. Sekitar 15 menit berlalu, satu per satu tim pengajar "Nulis Bareng Sobatku" yang kutunggu tiba di lokasi. 

Nulis Bareng Sobatku merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Lembaga Mitra Ibu dan Anak (LemINA) sebagai bentuk aktivasi Kelas Inspirasi. Kegiatan ini bertujuan untuk membudayakan menulis sejak dini dan mengakrabkan anak-anak dengan dunia literasi. Kegiatan ini rutin dilaksanakan dua pekan sekali di setiap sabtu selama 12 kali pertemuan. Lokasi kegiatan ini ialah beberapa Sekolah Dasar yang turut berpartisipasi dalam Kelas Inspirasi Sulawesi Selatan (Khusus Makassar, Gowa, dan Takalar). Untuk Kabupaten Gowa, lokasinya di SDN Sungguminasa IV dan ditangani oleh tim pengajar sebanyak 5 orang (Thya, Athifah, Dhila, Hendra, dan Samsir).

Setelah pelajaran KTK, Ibu Nismayanti, wali kelas IV B mempersilakan kami memulai kegiatan menulis ini. Kami memulai dengan perkenalan singkat. Saling tebak-menebak nama. Dan mereka menebak tiga nama dengan tepat. Mereka sangat menakjubkan! 

Setelah perkenalan, anak-anak mulai rileks mengikuti kelas menulis. Sebelum memulai materi, kak Samsir memperlihatkan beberapa majalah anak dan novel karya anak-anak seumuran mereka. Dan hal itu cukup menarik perhatian mereka.

Di kelas perdana ini, kami membahas tentang bagian-bagian tubuh dan fungsinya. Mereka diajak mengidentifikasi dan menuliskan jenis bagian tubuh  yang mereka dengar dari cerita pendek yang dibacakan oleh kak Samsir. Selanjutnya mereka mencoba memikirkan dan mencari tahu apa saja fungsi dari setiap bagian tubuh yang mereka tulis.

Kelas semakin riuh saat mereka kehabisan akal untuk menebak beberapa fungsi bagian tubuh. Mereka mulai mondar-mandir, satu per satu  menanyakan beberapa fungsi tubuh yang tak lazim untuk mereka.

Apa fungsi lutut, kak? | Apa fungsi wajah, kak? | Apa fungsi dagu, kak? | Apa fungsi bahu, kak? | Apa fungsi punggung, kak? | Apa fungsi otot, kak? | Apa fungsi pipi, kak? | Apa fungsi dahi, kak? 

Sungguh, pertanyaan-pertanyaan yang menggemaskan. Setelah semua pertanyaan dijawab dengan jawaban-jawaban aneh tapi masuk akal, akhirnya sesi kelas menulis berakhir bahagia. Ditutup dengan do'a bersama.

Sampai bertemu dipertemuan berikutnya dan bersiaplah dengan kejutan spesial lainnya.

 ~***~

Kita terlalu kecil untuk bisa tahu kebesaranNya dalam waktu singkat. 
Belajar itu setiap saat, tidak hanya sesaat.