Jumat, 18 Mei 2012

Tergenggam kembali



Perlahan erat jemari kembali bersambut.
Menyelipkan cinta di hati,
sungguh indah ukhuwah yang mekar.
Pelan-pelan ia mengendap masuk ke relung jiwa.
Jika kesempatan itu datang,
izinkan aku mengeratkan genggaman hingga penghujung waktu.
…Semoga indah pada akhirnya…

~ya Rabb eratkan hati kami dengan cinta karenaMu~


Rabu, 09 Mei 2012

Cerita di Penghujung Subuh



Selasa di waktu subuh…
Saat subuh menjemput, tiada yang paling indah selain kesempatan untuk kembali bisa membuka mata.


Rokkugo! Rokkugo! Rokkugo! Marhe mal!

Huh! Lagi-lagi deringan alarm HP adikku yang terdengar seperti bahasa alien di telingaku spontan membuatku terbangun. Ini sangat menyebalkan harus terbangun sebelum tahu akhir cerita dari  mimpi  indahku. Lagi-lagi  mimpiku terputus tragis.

..Alhamdulillahi rabbil ‘alamin . . . Lantunan bacaan imam shalat di Masjid mengalun merdu

 “Astaghfirullah, ini sudah lewat adzan subuh!”. Dengan tergesa aku langsung melompat dari pembaringan. Aku berusaha menstabilkan kesadaranku dengan mengucek mata yang masih terkatup-katup. Aku menyeret kakiku sambil berusaha membuat mataku melek sepenuhnya. Aku tertatih menuntun langkah menuruni tangga. Sesampainya di ambang pintu belakang, aku memicingkan mata.

Tumben, subuh-subuh begini sudah cerah  batinku.

Aku menengadahkan kepala. MasyaAllah, ternyata  sinar  bulan. Langit biru kelam dihiasi  bintang-bintang dan bulan yang bulat sempurna. Perpaduan gradasi warna yang  menciptakan  pemandangan yang sangat indah, menakjubkan. Sesaat aku terkesima dengan keindahan langit subuh. Sungguh ciptaan sang Maha Pencipta tiada tandingannya.
Di tengah ritual wudhuku, terdengar samar ketukan mike dari speaker masjid. Aku diam sejenak untuk menyimak.  

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un , turut berduka cita atas berpulangnya . . . . .”

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un” bisikku kaku. Aku merinding teringat kematian. Lagi-lagi berita duka. Ini sudah berita duka yang ke-2 di pekan ini. Beberapa hari yang lalu, tetangga depan rumah juga berduka cita karena kepulangan sosok seorang ayah ke rahmatullah. Dan yang paling menyedihkan, kematian ayahnya itu hanya terpaut dua hari setelah acara pernikahan anaknya. Ini sangat tragis bukan?

…Dan tidak ada yang lebih dekat dari kita kecuali kematian…



Senin, 07 Mei 2012

Learn To Understand


Disetiap lembaran suka duka yang kau hadapi, selalu ada hal yang bisa dipelajari.

picture source
untuk kesempatan kedua, pertemuan ini sudah terhitung bulan ke 15. Tapi bagiku waktu seperti berjalan mundur. Kembali mengantarkanku menemui scene dalam episode pelik yang menyesakkan. Seperti adegan yang kembali terulang, dejavu. Aku melihat diriku terpuruk untuk sebuah alasan yang tak mengenakkan hati, pengkhianatan.  Aku sendiri tak tahu kenapa aku terlampau rapuh jika melihat seseorang yang sangat kupercayai tiba-tiba bersikap “aneh” karena salah paham. Terlebih lagi disaat harus mengetahui bahwa dia yang selalu tersenyum manis di hadapanku ternyata lebih memilih mengumbar 1001 cela dibandingkan langsung berkata jujur. Percayalah, ini sangat menyakitkan. Pengkhianatan yang membuat dada sesak hingga terasa akan meledak. Mungkin beginilah rasanya kecewa, membuat hati sakit. 
 Kenapa harus ada pengkhianatan?
Bukankah akan lebih baik jika semua bersahabat?


“Sebaik-baiknya orang-orang yang bersahabat di sisi Allah adalah orang yang paling baik kepada sahabatnya . . . . .” -H.R Bukhari-

"Only your real friends will tell you when your face is dirty."  -Sicilian Proverb-

"A true friend is someone you can disagree with and still remain friends. For if not, they weren’t true friends in the first place."  -Sandy Ratliff-

~Dari pengkhianatan itu aku belajar tentang mahalnya harga setia dalam persahabatan..