Senin, 28 April 2014

Kenangan bersama Ayah

Dibandingkan dengan adik-adikku, aku sangat jarang mengadukan apa pun padanya. Tapi aku tahu, cintanya sama besarnya untuk kami. Dan aku selalu suka caranya menunjukkan cintanya pada kami, meski hanya dengan perhatian-perhatian yang sangat sederhana.


Aku teringat hari pertama masuk Sekolah Dasar, pagi-pagi sekali dia menemaniku ke sekolah. Kami melalui setiap setapak dengan  berjalan kaki, genggaman tangannya tak lepas dari lengan kecilku. Aku tahu, dia tidak akan membiarkanku sendiri.

Karena sakit, aku absen dari sekolah. Kata temanku, saat itu dia  datang ke sekolah. Tapi bukan surat sakit yang diserahkan, melainkan masuk ke kelasku, lalu dia berdiri di depan kelas, di depan guru dan teman-temanku. Apa yang dilakukannya? Dia meminta maaf karena ketidakhadiranku dan meminta agar aku dido'akan segera sembuh.

Ada soal matematika yang tidak bisa kuselesaikan, soal cerita dengan istilah yang masih asing. Dengan sabar, dia berusaha memahamkanku. Sambil menjelaskan, dia mencoret-coret kertasku. Akhirnya aku tahu,  tanda baca "titik" biasa digunakan sebagai tanda kali (X) dalam matematika dan selisih itu artinya beda yang didapatkan dari hasil pengurangan antara dua angka.

Berhari-hari aku merajuk dan merengek-rengek ingin dibelikan sepeda. Sepulang mengaji, dengan senyuman mengembang dia memberiku kejutan, menunjukkan sepeda ungu yang dibelinya untukku.

Aku dapat tugas keterampilan dari sekolah, membuat bangun datar. Dengan cekatan, dia membuatkannya untukku. Menggambarkan pola bangun datar di atas tripleks, menggergajinya, dan mengecatnya dengan warna hijau. Aku selalu menyukai saat dia melakukan apapun untukku.

Liburan kenaikan kelas 2 SMP. Aku keluar rumah, duduk-duduk santai di halaman. Dia menegurku dengan bijak "perempuan tapi keluar tidak pakai jilbab. Apa tidak malu rambutnya kelihatan?"

Dia menelponku. Kami berbicara sangat lama, kami sama-sama menangis. "Jadilah contoh yang baik untuk adik-adikmu" pesannya dengan haru. Aku mendengarnya sambil sesenggukan menahan tangisku.

Hari pertama ospek SMA, dia mengantarku ke sekolah. Menemaniku menunggu hingga senior menyuruh kami (siswa baru) berkumpul. "Masih ada yang ditunggui orang tuanya?" Seniorku berteriak. Aku menoleh, dia masih tetap di tempatnya. Aku keluar dari barisan dan menghampirinya, "pulang saja, tidak usah ditunggu". Lalu dia berbalik meninggalkanku.

Saat lebaran tiba, dia mengajakku berkunjung ke rumah keluarga. Seperti biasa, saya selalu lebih nyaman keluar dengan mengenakan pakaian dengan rok dan jilbab yang agak longgar. Dia memerhatikanku dari kaki hingga kepala. Dia paham betul, ada yang kurang dengan penampilanku.Sambil tersenyum dia menegurku dengan bijak "Mana kaos kakinya?". Aku hanya cengengesan menanggapinya.

Sepatuku rusak. Meski tidak memintanya membelikanku yang baru, dia mengajakku jalan-jalan dan menemaniku berkeliling mencari sepatu baru.

Menjelang ujian SNMPTN, dia mengirimiku pesan melalui facebook. 
"Assalamu'alaikum...Bagaimana kabarnya? Semoga selalu berduaan dengan ALLAH, sehingga diberikan bimbingan untuk meraih cita-citanya, karena insan hanya berikhtiar, yang menentukan adalah sang khalik."
Di lain waktu, dia memosting pesan di timeline facebookku:
"Ketika ingin menggapai sesuatu cita-cita, maka butuh perjuangan yang sungguh-sungguh, tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita berharap pada sang pengabul cita?"

"Jangan pernah menyerah dalam mengejar kesuksesan, tapi ingat sandarkan pada kekuatan iman dan amal serta tawakkal kepada sang khalik".

Dia menjemputku di tempat kursus TOEFL. Saat berbincang dengan Mr.C, dia mengadukanku "saya baru tahu kalau si Nurul ikut kursus, dia tidak pernah bilang sebelumnya. Jadi, selama ini kursusnya dibayar dengan uangnya sendiri." Aku sangat malu saat itu, tapi aku tahu dia bangga padaku.
~...~

Dari ribuan bukti cinta yang ditunjukkannya, selalu ada hal-hal  spesial yang membuatku merasa sangat beruntung memiliki ayah sehebat dia. Terima kasih telah mendidik dan mengajarkan kami menjadi wanita terhormat yang selalu mengingat Allah.

Kamis, 10 April 2014

Endless Love

Percayalah, akan selalu ada seseorang yang mau menghabiskan waktunya untuk menunggumu. 
 Diam-diam menyebut namamu dalam do'a-do'a khusyuknya.
Seseorang yang akan mengkhawatirkan sakitmu melebihi sakitnya sendiri. 
Dan tak ada apa pun yang diharapkannya kecuali senyum dan tawa bahagiamu. 
Dialah yang selalu setia menyimpan cintanya untukmu. 
Meski dia tahu, pada akhirnya kau akan pergi untuk orang lain.



Mom, Dad... thanks for everything. Thanks for your endless love.

"Allahummaghfirliy waliwaalidayya waarhamhumaa kamaa rabbayaaniy shagiiraa".
"Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, 
serta sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Sabtu, 05 April 2014

Membudayakan Menulis Sejak Dini

Pesan singkat dan status facebook dari salah seorang relawan menjadi pemantik semangat untuk aktivitas hari ini: 
"Kita semua adalah sumber daya bagi Indonesia. 
Kirim semangat #PadamuNegeri untuk Relawan anak LemINA 
yang hari ini akan silaturrahim bersama guru dan
Nulis Bareng Sobat kecil kita di Sekolah Dasar. 
Dampingi mereka belajar menulis, agar kelak mereka 
akan menuliskan sejarah indah negeri ini." Bunga.


Hari ini adalah sabtu spesial. Siang tadi, tepat pukul 11.00 WITA. Di depan gerbang SDN Sungguminasa IV, seorang anak perempuan  tersenyum dan mendekatiku setelah melihatku sibuk mengutak-atik HP. 

"Kak, siapa yang kita cari?"

"Tidak adaji dek. Saya menunggu teman" aku tersenyum, meresponnya sambil membalas pesan dari teman yang kutunggu.

"Mau buat apa kak? mengajar ya?"

"Iya, sebentar mau mengajar menulis. Kamu kelas berapa?"

"Kelas 5, kak."

"Sayang sekali, kelas menulisnya cuma untuk kelas 4."

"Kakak yang pernah datang waktu Kelas Inspirasi 'kan?"

"Iya, kamu masih ingat?" Aku sumringah, ternyata masih ada yang mengingatku.

Lalu dengan antusias dia melanjutkan ceritanya tentang Kelas Inspirasi dan  para inspirator hebat yang menginspirasinya. Kami bernostalgia membahas hal yang mengesankan dari Kelas Inspirasi. Beruntunglah, momen menunggu kali ini terlewati dengan menyenangkan. Sekitar 15 menit berlalu, satu per satu tim pengajar "Nulis Bareng Sobatku" yang kutunggu tiba di lokasi. 

Nulis Bareng Sobatku merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Lembaga Mitra Ibu dan Anak (LemINA) sebagai bentuk aktivasi Kelas Inspirasi. Kegiatan ini bertujuan untuk membudayakan menulis sejak dini dan mengakrabkan anak-anak dengan dunia literasi. Kegiatan ini rutin dilaksanakan dua pekan sekali di setiap sabtu selama 12 kali pertemuan. Lokasi kegiatan ini ialah beberapa Sekolah Dasar yang turut berpartisipasi dalam Kelas Inspirasi Sulawesi Selatan (Khusus Makassar, Gowa, dan Takalar). Untuk Kabupaten Gowa, lokasinya di SDN Sungguminasa IV dan ditangani oleh tim pengajar sebanyak 5 orang (Thya, Athifah, Dhila, Hendra, dan Samsir).

Setelah pelajaran KTK, Ibu Nismayanti, wali kelas IV B mempersilakan kami memulai kegiatan menulis ini. Kami memulai dengan perkenalan singkat. Saling tebak-menebak nama. Dan mereka menebak tiga nama dengan tepat. Mereka sangat menakjubkan! 

Setelah perkenalan, anak-anak mulai rileks mengikuti kelas menulis. Sebelum memulai materi, kak Samsir memperlihatkan beberapa majalah anak dan novel karya anak-anak seumuran mereka. Dan hal itu cukup menarik perhatian mereka.

Di kelas perdana ini, kami membahas tentang bagian-bagian tubuh dan fungsinya. Mereka diajak mengidentifikasi dan menuliskan jenis bagian tubuh  yang mereka dengar dari cerita pendek yang dibacakan oleh kak Samsir. Selanjutnya mereka mencoba memikirkan dan mencari tahu apa saja fungsi dari setiap bagian tubuh yang mereka tulis.

Kelas semakin riuh saat mereka kehabisan akal untuk menebak beberapa fungsi bagian tubuh. Mereka mulai mondar-mandir, satu per satu  menanyakan beberapa fungsi tubuh yang tak lazim untuk mereka.

Apa fungsi lutut, kak? | Apa fungsi wajah, kak? | Apa fungsi dagu, kak? | Apa fungsi bahu, kak? | Apa fungsi punggung, kak? | Apa fungsi otot, kak? | Apa fungsi pipi, kak? | Apa fungsi dahi, kak? 

Sungguh, pertanyaan-pertanyaan yang menggemaskan. Setelah semua pertanyaan dijawab dengan jawaban-jawaban aneh tapi masuk akal, akhirnya sesi kelas menulis berakhir bahagia. Ditutup dengan do'a bersama.

Sampai bertemu dipertemuan berikutnya dan bersiaplah dengan kejutan spesial lainnya.

 ~***~

Kita terlalu kecil untuk bisa tahu kebesaranNya dalam waktu singkat. 
Belajar itu setiap saat, tidak hanya sesaat.

Rabu, 02 April 2014

Menuntaskan Rindu

Si mata elang sibuk mengintai sedari tadi. 
Ia mulai gelisah menanti.
Mondar-mandir, ia menyelisik paras orang-orang yang berlalu lalang.
Mencari wajah teduh yang dirindukannya.
Akhirnya, di kerumunan padat sesak itu, didapatinya si wajah teduh. Kamu.
Tak lepas pandangannya darimu. 
Diam-diam mengamatimu. 
Hatinya semakin riang mendapati senyummu.
Ia rindu menyapamu tapi dipilihnya bungkam,
 enggan bersuara.
Katanya, untuk menuntaskan rindu, 
cukuplah dengan melihatmu tersenyum.