Minggu, 22 April 2012

Salah Paham





A :  Aku tahu ada yang tidak beres denganmu.

B :  Apa yang tidak beres? Aku yakin semua baik-baik saja.

A : Tidak usah mengelabui, ini sudah sangat jelas sampai tidak ada celah untuk tidak menyadarinya.

B : Ah jangan mengada-ngada. Itu hanya imajinasimu saja.

A : Imajinasi? Aku tidak sedang bermimpi! Aku tahu ada yang berbeda dari tatapan matamu, tak perlu   menyembunyikannya.

B : Oke. Sepertinya semua harus lebih transparan. Apa alibimu?

A : Menghindar. Tak seperti biasanya, berputar arah saat mendapatiku di sisi jalan yang sama

B : . . . . . .                                                                                   

A : Membisu.Tak seperti biasanya,  bertemu tanpa ada sapa.

B : Ini sangat kekanak-kanakan. Aku terlalu bertindak berlebihan sampai membuatmu salah paham.

A : Salah paham?  

B : Lupakan. Aku mungkin salah.

A : Bisakah mengakuinya lebih jujur? Meski itu sangat menyakitkan, aku siap mendengarnya. Setidaknya itu lebih melegahkan dibanding harus ada prasangka negatif. 

B : Aku  mengaku salah. Salah tidak bisa mengakuinya lebih cepat. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Kita masih butuh waktu untuk saling memahami.

A : Tapi, bisakah menyederhanakannya dengan kata? Setidaknya beri aku sedikit celah untuk memahami. Biar tak ada lagi salah paham.

B: Sudahlah. Tidak usah melanjutkan kata tentang kesalahpahaman itu. 



~ini tentang salah paham yang tak perlu dipahami~