Senin, 17 Desember 2012

untuk kalian


Hari ini, banyak cerita dari pertemuan singkat.
Ternyata banyak hati yang terluka.
Untuk yang pernah tersakiti,
ternyata kalian ribuan kali lebih kuat dari yang aku lihat selama ini.
 ~.....~
Terima kasih sudah mau menjadi “teman” 
yang merangkulku saat terjatuh...
Terima kasih sudah mau menjadi “teman” 
yang menjaga agar tidak ada yang menertawakanku saat terjatuh...
Terima kasih sudah mau menjadi “teman” 
yang tulus memberikan senyuman saat perasaan sesak... 

#catatan di sudut 21


  

Selasa, 04 Desember 2012

Love Attack

 Klik! 
Dashboard...
Reading list...
Scroll down...
Hujan.Jodoh.
Scroll up...
Cinta.Rindu.Desember. 

Ah tidak ada yang menarik..
Bukan...bukan tidak ada yang menarik...
Tapi saya sedang tidak berminat melahap bacaan yang ada sangkut pautnya dengan "hati".
Hanya ingin menjaga hati dari serangan "virus merah jambu" . Maaf!


~ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu...   
...ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas ketaatan kepada-Mu~

 




Minggu, 02 Desember 2012

Titik Hilang

...Kita seperti garis terang yang tidak pernah bisa saling melihat sebelumnya. Bukan karena buta, tapi terlalu silau. Kemudian waktu perlahan memudarkannya hingga lenyap. Mungkin ini seperti titik hilang. Bayangan garis terang yang kita rekam hanya membekas seperti layar hitam..

Kita duduk saling berhadapan.
Dengan senyum simpul yang tertahan, suaraku mengalun lirih,
Aku menyerah... Tidak perlu menungguku, jika pada akhirnya harus melihat satu dari kita tersakiti.”
Kau membalas dengan senyuman getir yang kian merapuh. Lalu berbisik pelan, 
kita hanya perlu bertahan sampai tidak ada lagi yang sanggup menyerah.”
Singkat tapi itu betul-betul membuatku membatin… 
sampai tidak ada lagi yang sanggup menyerah? Ah kau selalu saja membuatku bingung.”
Ekspresi kebingunganku terlalu jelas untuk tidak disadari olehmu… Kemudian, kau lanjut berbisik,
Tetaplah bertahan, karena sampai kapan pun masih ada aku yang tidak pernah sanggup menyerah untukmusuaramu bergetar menjawab pikiranku.
Aku diam seribu kata, gagu. Tak tahu apa lagi yang harus kuucapkan.