Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Desember 2014

Mimpi Dibangun Di Atas Semangat Berlapis

Hujan membasahi bumi Gowa sejak kemarin. Tapi haruskah menjadi penghalang langkahku hari ini?. Karena hujan tak pantas menjadi
alasan yang bisa menggagalkan rencana hebat kita, kan?.

Bagaimana pun wajah yang ditampilkan bumi, pokoknya hari ini harus tetap semangat ke sekolah untuk mengisi pertemuan ke 5 NBS.  Agar menghindari risiko basah kuyup, saya memutuskan berdamai dengan diriku untuk melakukan hal yang
berbeda, berjalan kaki memakai payung. Tidak seperti Sabtu-sabtu
sebelumnya diantar dengan motor.

Dua puluh menit waktuku, kunikmati dengan berjalan santai dari rumah ke sekolah. Saya tiba di sekolah
ketika semua anak sudah berada di dalam kelas mereka. Terlihat Wali kelas IV masih berdiri di depan kelas sambil memberi pengarahan kepada anak-anak.

Di luar kelas, tampak dua orang relawan yang lebih dulu tiba. Masih
menunggu di koridor depan kelas. Keduanya terlihat sangat panik
dan khawatir, itu tampak jelas dari
ekspresi mereka yang masam dengan senyum dipaksakan. Salah seorang masih berusaha menghubungi relawan lain yang sepertinya terhalang
hujan dan membuatnya bakal hadir tak tepat waktu.

Sebenarnya, sejak dua pekan lalu, kami merencanakan untuk mengisi pertemuan kali oni dengan menonton film dan menuliskan kembali ceritanya. Menurut kami, zangat tidak kondusif untuk menghandle anak-anak yang “sangat aktif” untuk story telling.

Relawan yang bertanggungjawab
menyiapkan peralatan, belum kunjung datang. Rencana B pun dijalankan. Kami kembali mengarang seperti biasa, dengan tema lingkungan
sekolah.

Pertemuan kali ini, menyadarkan kami bahwa keadaan tim sedang dalam kondisi yang memprihatinkan,
yang membuat beberapa relawan menampakkan kekesalan.

Salah satu masalah yang urgent untuk diperbaiki adalah koordinasi dan komunikasi dalam tim, yang terasa kurang maksimal. Saya dapat merasakan bahwa kami belum sepenuhnya berada pada frekuensi yang sama. Istilah kerennya chemistry-nya belum dapat.

Namun, menurutku inilah yang membuat program NBS akan semakin menarik. Ibarat menjadi anak sekolah, setiap akan naik kelas pasti ada ujian yang harus dilalui terlebih dahulu.

Semoga, masalah itulah yang membuat kami lebih peduli dan sadar bahwa kami tidak bisa berbuat apa-apa tanpa siapa pun. Untuk berjalan dan berlari jauh dalam waktu singkat, kita sulit mencapainya jika hanya dengan satu kaki.

Karena mimpi seharusnya dibangun dari semangat yang berlapis dari para relawan NBS. Agar semua mimpi kecil adik-adik yang mengikuti program ini, sedikit demi sedikit dapat terwujud.

"Jangan sampai kekesalan kecil mengubah kebaikan hati kita. Tetaplah baik dan positif thinking, meski imiian dibangun di atas beberapa cobaan." (Anonim)

Editor: Indah Febriany

Selasa, 14 Oktober 2014

Seru, Menegangkan, Tetapi Keren-NBS Part 2

Hari Sabtu, 11 Oktober 2014, merupakan pertemuan perdana NBS part 2. Untuk wilayah Gowa, kami masih mendapatkan sekolah yang sama dengan NBS part 1, yakni SDN Sungguminasa IV. Relawan yang berkesempatan hadir pada hari itu, ada 8 orang, masing-masing 4 orang dari Tim C dan D. Kami mendampingi kelas gabungan IV A dan B.

Tepat pukul 11.15 wita, seharusnya waktu istirahat para siswa sudah berakhir. Namun, suasana sekolah masih ramai. Anak-anak masih berkeliaran di luar kelas, sebagian bermain di lapangan sekolah, ada yang berlalu lalang di koridor, dan sebagiannya lagi masih memilih duduk-duduk di depan kantin. Sempat terpikir, adakah yang istimewa hari ini? Hingga semua siswa-siswi masih sangat antusias berada di luar ruang kelas. Ternyata hari ini, bertepatan dengan prosesi penarikan guru PPL, pantas saja jam belajar kurang diminati.  
Tapi, syukurlah menunggu sekitar 15 menit, akhirnya beberapa bangku di ruangan kelas IV sudah mulai terisi, meski masih lebih banyak yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Kami memutuskan untuk masuk ke kelas, sementara beberapa relawan lainnya berinisiatif untuk mencari anak kelas IV yang masih berada di luar kelas.

Setelah bersusah payah, kami berhasil mengumpulkan siswa kelas IV yang berjumlah 60 anak dan memulai kegiatan NBS 2014. Suasana kelas cukup riuh, itulah sebabnya kami membutuhkan sedikit waktu untuk menguasai kelas, sehingga bisa memfokuskan perhatian anak-anak. 

Relawan yang mendapatkan tugas pada pertemuan perdana ini, yakni Nabila, Hendra dan Samsir. Nabila mengemban tanggung jawab untuk mengisi sesi perkenalan, Hendra melanjutkan sesi terpenting yakni menjelaskan, bagaimana cara mengarang cerita dari gambar yang mereka lihat?, sedangkan Samsir memberi instruksi dan membagi anak-anak ke dalam beberapa kelompok.

Semua relawan bertugas untuk mendampingi anak-anak di setiap kelompok. Selanjutnya, anak-anak dibagikan gambar dan kertas kosong. Proses menulis dimulai dengan penuh antusias, meski ada sejumlah anak yang enggan mengarang dengan beragam alasan. Inilah tugas terpenting dari kami, yakni memastikan proses belajar menulis berjalan sesuai dengan rencana dan memberikan motivasi pada anak-anak yang tidak memiliki keinginan untuk mengikuti kegiatan menulis.

Sejumlah kendala tidak lantas membuat proses Nulis Bareng Sobat, tidak berjalan menyenangkan. Justru sebaliknya, kami merasa mendapatkan tantangan tersendiri, dikala sejumlah anak mulai kehabisan ide untuk ditulis. Kondisi kelas semakin menarik, ketika setiap relawan mendapatkan kesempatan untuk memilih satu anak yang dinilai hasil tulisannya paling bagus. Anak yang terpilih, berhak mendapatkan reward berupa gambar paper craft.

Suasana kelas sedikit gaduh, ketika seorang anak yang tidak terpilih tampak kecewa dan bergegas meninggalkan kelas yang diikuti sejumlah siswa lainnya. Namun, untungnya mereka kembali masuk ke kelas, setelah mengetahui bahwa diakhir pertemuan, kami akan membagikan buku mengarang. Tetapi, sebelum dibagikan buku mengarang, Samsir menginstruksikan anak-anak untuk membaca do'a, sebelum mengakhiri pertemuan perdana NBS 2014 part 2. 

Proses pembagian buku berlangsung ricuh. Ini lantaran, hanya Anak-anak yang mengumpulkan karanganlah yang akan mendapatkan buku mengarang. Syaratnya cukup dengan menukarkan karangan mereka dengan buku ke relawan pendamping yang bertugas. Ada beberapa siswa yang tadinya enggan untuk menulis, akhirnya memutuskan untuk memulai menulis dengan tergesa, ini lantaran takut tidak kebagian buku. 

Perjuangan kami, masih akan terus berlanjut hingga enam bulan ke depan. Bisa dipastikan pengalaman yang akan kami temui di setiap pertemuan berbeda, tentunya akan berbeda. Semangat teman-teman Sobat LemINA. Tetaplah menjadi relawan yang melakukan hal kecil, untuk mendapatkan efek yang besar di masa yang akan datang, guna kemajuan generasi penerus bangsa. 

Editor: Indah Febriany

Senin, 13 Oktober 2014

Anak Pemberani


Aku beranjak meninggalkan kelas, hendak mencari anak-anak kelas IV yang masih berkeliaran.
"Kamu kelas empat?" tanyaku pada siswa yang masih berlalu lalang di koridor sekolah.

"Iya, kak." dia menjawabku cepat.

"Masuk ke kelas, anak kelas empat belajar! Mana teman-temanmu yang lain?"

"Itu sana kelas empat." Seraya memberikan isyarat ke sejumlah anak yang masih asyik duduk di depan kantin.

Aku bergegas menuju kantin. Beberapa anak berseragam pramuka sedang mengelilingi anak laki-laki tanpa seragam yang berbadan lebih besar. Tampaknya mereka sedang asyik memperhatikan permainan dari layar gadget yang dipegang anak laki-laki itu.

"Siapa yang kelas empat?" Suaraku mengalihkan perhatian mereka. Beberapa anak menyahut dan mengacungkan tangan.

"Ayo, ke kelas. Kalian belajar!" Ajakku dengan suara lebih tegas. Namun, diluar dugaanku, anak-anak itu, meresponku dengan ogah-ogahan. Bahkan, mereka tetap asyik memperhatikan layar gadget.

"Kalian harus masuk ke kelas! Nanti diabsen, yang tidak mau belajar nanti saya catat namanya." ucapku sambil menunjuk mereka satu per satu seolah menandai anak yang tidak mau ikut belajar.
Anak-anak mulai terpengaruh dengan ancamanku. Beberapa segera berlari ke kelas.

"Nda mauja deh kak!" Ujar satu-satunya anak perempuan dalam gerombolan itu menolak ajakanku. Saya pun tidak menyerah. Dia tetap kubujuk untuk ikut belajar. Akhirnya dia mengalah dan ikut bersamaku ke kelas meski masih menyiratkan kesan terpaksa, namun ia tetap melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas.

Anak perempuan itu, sebenarnya tampak lebih aktif dibandingkan anak perempuan lainnya. Dia duduk bertiga dengan temannya di kursi paling depan. Tepatnya, paling pojok kiri dekat tembok. Saat semua anak duduk di kursinya masing-masing dan memperhatikan penjelasan, dia malah beranjak dari kursinya dan memilih memperhatikan relawan yang asyik mencatat nama di depan kelas. Saat temannya sedang asyik mengarang, tiba-tiba dia meninggalkan tempatnya.“Betul-betul anak yang aktif, tidak bisa duduk tenang.” Ocehku asal membatin.

"Kenapa tidak menulis?" Tanyaku penuh selidik, ketika melihat dia keluar dari kolong meja.  Namun, diluar dugaan, anak perempuan itu hanya menyengir malu-malu, lalu kembali ke tempatnya dengan menggeser meja, agar bisa lewat di samping tembok. Teman sebangkunya kemudian mengadukan sikapnya yang memang seperti itu dan menyebutkan julukan yang kurang baik untuknya. 

Anak perempuan itu berhasil menarik perhatianku, meski kesan yang membekas dibenakku  'Ia sedikit bandel' tapi dia masih mendengarkanku. Dia tetap menuruti pintaku, meski ingin bebas melakukan apa pun semaunya.

Ketika anak-anak mulai beranjak meninggalkan sekolah, dan menyisahkan ruang yang lengang, lantaran sekolah mulai sepi. Kami -relawan NBS- memutuskan untuk tetap tinggal di kelas dan mendiskusikan beberapa hal, terkait persiapan di pertemuan kedua. Tiba-tiba anak perempuan itu tadi, mencoba mengisi ruang kosong di antara para relawan “Kakak...kakak... bukunya untuk mengarang toh?” Ia bertanya dengan intonasi suara yang terdengar antusias dari depan pintu kelas. Beberapa dari kami meresponnya. Lalu Ia beranjak pergi.

Sekitar 30 menit berlalu, diskusi kami berakhir. Kami menuju ke parkiran, siap untuk pulang. Anak perempuan itu kembali ke sekolah setelah berganti pakaian biasa. Ada kantong plastik putih di salah satu genggaman tangannya. Dia mendekati tong sampah yang berada di koridor kelas, membuka tutupnya dan tampak sedang mencari sesuatu. 

"Apa yang dia lakukan? Apakah sedang mencari botol dan gelas plastik?" Aku bersuara lirih, penasaran dengan apa yang dilakukannya.

Kemudian anak itu menoleh memperhatikan kami yang sedang bersiap-siap untuk meninggalkan sekolah.

"Kak, di mana rumahta?" Anak perempuan itu bertanya dengan ekspresi yang lebih bersahabat, sambil menutup tong sampah di koridor kelas.

"Rumahku di sana, setelahnya jembatan kembar!" Aku berteriak menjawabnya dari parkiran.

Anak perempuan itu, berhasil mengusik kenangan lamaku. Benar-benar telah menarik perhatianku. Dia menarik paksa diriku untuk mengingat tentang sosok teman yang terkesan layaknya anak bandel dan keras kepala. Serta, sangat blak-blakan dan tidak segan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap sesuatu, bahkan di depan guru kami. Tapi aku tetap menyukainya, dia terlihat sangat berani.  

Sabtu, 05 April 2014

Membudayakan Menulis Sejak Dini

Pesan singkat dan status facebook dari salah seorang relawan menjadi pemantik semangat untuk aktivitas hari ini: 
"Kita semua adalah sumber daya bagi Indonesia. 
Kirim semangat #PadamuNegeri untuk Relawan anak LemINA 
yang hari ini akan silaturrahim bersama guru dan
Nulis Bareng Sobat kecil kita di Sekolah Dasar. 
Dampingi mereka belajar menulis, agar kelak mereka 
akan menuliskan sejarah indah negeri ini." Bunga.


Hari ini adalah sabtu spesial. Siang tadi, tepat pukul 11.00 WITA. Di depan gerbang SDN Sungguminasa IV, seorang anak perempuan  tersenyum dan mendekatiku setelah melihatku sibuk mengutak-atik HP. 

"Kak, siapa yang kita cari?"

"Tidak adaji dek. Saya menunggu teman" aku tersenyum, meresponnya sambil membalas pesan dari teman yang kutunggu.

"Mau buat apa kak? mengajar ya?"

"Iya, sebentar mau mengajar menulis. Kamu kelas berapa?"

"Kelas 5, kak."

"Sayang sekali, kelas menulisnya cuma untuk kelas 4."

"Kakak yang pernah datang waktu Kelas Inspirasi 'kan?"

"Iya, kamu masih ingat?" Aku sumringah, ternyata masih ada yang mengingatku.

Lalu dengan antusias dia melanjutkan ceritanya tentang Kelas Inspirasi dan  para inspirator hebat yang menginspirasinya. Kami bernostalgia membahas hal yang mengesankan dari Kelas Inspirasi. Beruntunglah, momen menunggu kali ini terlewati dengan menyenangkan. Sekitar 15 menit berlalu, satu per satu tim pengajar "Nulis Bareng Sobatku" yang kutunggu tiba di lokasi. 

Nulis Bareng Sobatku merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Lembaga Mitra Ibu dan Anak (LemINA) sebagai bentuk aktivasi Kelas Inspirasi. Kegiatan ini bertujuan untuk membudayakan menulis sejak dini dan mengakrabkan anak-anak dengan dunia literasi. Kegiatan ini rutin dilaksanakan dua pekan sekali di setiap sabtu selama 12 kali pertemuan. Lokasi kegiatan ini ialah beberapa Sekolah Dasar yang turut berpartisipasi dalam Kelas Inspirasi Sulawesi Selatan (Khusus Makassar, Gowa, dan Takalar). Untuk Kabupaten Gowa, lokasinya di SDN Sungguminasa IV dan ditangani oleh tim pengajar sebanyak 5 orang (Thya, Athifah, Dhila, Hendra, dan Samsir).

Setelah pelajaran KTK, Ibu Nismayanti, wali kelas IV B mempersilakan kami memulai kegiatan menulis ini. Kami memulai dengan perkenalan singkat. Saling tebak-menebak nama. Dan mereka menebak tiga nama dengan tepat. Mereka sangat menakjubkan! 

Setelah perkenalan, anak-anak mulai rileks mengikuti kelas menulis. Sebelum memulai materi, kak Samsir memperlihatkan beberapa majalah anak dan novel karya anak-anak seumuran mereka. Dan hal itu cukup menarik perhatian mereka.

Di kelas perdana ini, kami membahas tentang bagian-bagian tubuh dan fungsinya. Mereka diajak mengidentifikasi dan menuliskan jenis bagian tubuh  yang mereka dengar dari cerita pendek yang dibacakan oleh kak Samsir. Selanjutnya mereka mencoba memikirkan dan mencari tahu apa saja fungsi dari setiap bagian tubuh yang mereka tulis.

Kelas semakin riuh saat mereka kehabisan akal untuk menebak beberapa fungsi bagian tubuh. Mereka mulai mondar-mandir, satu per satu  menanyakan beberapa fungsi tubuh yang tak lazim untuk mereka.

Apa fungsi lutut, kak? | Apa fungsi wajah, kak? | Apa fungsi dagu, kak? | Apa fungsi bahu, kak? | Apa fungsi punggung, kak? | Apa fungsi otot, kak? | Apa fungsi pipi, kak? | Apa fungsi dahi, kak? 

Sungguh, pertanyaan-pertanyaan yang menggemaskan. Setelah semua pertanyaan dijawab dengan jawaban-jawaban aneh tapi masuk akal, akhirnya sesi kelas menulis berakhir bahagia. Ditutup dengan do'a bersama.

Sampai bertemu dipertemuan berikutnya dan bersiaplah dengan kejutan spesial lainnya.

 ~***~

Kita terlalu kecil untuk bisa tahu kebesaranNya dalam waktu singkat. 
Belajar itu setiap saat, tidak hanya sesaat.

Senin, 17 Oktober 2011

Exam is Fun

  


Today is the first day for mid test. I wish to get the best result. But it will be hard without study hard. So let's study hard! Let's make change! Let's make our life better with  
not cheating on exam.
 In my opinion, all of people consider "cheat"  as a bad habit, but the fact  it's just underestimated. So don't be surprised if cheating is still popular in the exam.

As educated people we have to realize that cheating at exam will plunges us to be corruption. because of that , We have to get used to not cheat on exam. cheating can be removed if we start from ourselves.

We have to remember : "dishonesty like cheating on exam will make our soul be black and than it will put ourselves into difficulty".

Maybe in this world we have not gotten a bad effect but in the next life it will be our responsibility.




note: I'm trying to improve my english with writing..So please gimme correction for my mistakes (like grammar, etc). I REALLY NEED YOUR HELP GUYS ^^