Selasa, 24 Desember 2013

Rainy Day

Bersyukurlah atas tiap tetesan air yang diturunkanNya.

Allahumma Sayyiban Nafi'an.
YaAllah jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang bermanfaat (HR. Muslim).

Minggu, 22 Desember 2013

Membincangkan Kehidupan di Pulau Miangas

Kehidupan lebih nyata dari pendapat siapa pun tentang kenyataan.  
(Pramoedya Ananta Toer, Anak Semua Bangsa) 

Berpikirlah dan lakukanlah apa pun sesuka hati. Ciptakan kisahmu, nikmati hidupmu dan tuliskanlah ke dalam catatan yang bisa mengenang sejarahmu. Awalnya aku bersusah payah memikirkan satu dari ribuan hal penting yang akan kutuliskan terkait Pulau Miangas. Terlalu banyak hal penting yang kami temui selama di Miangas dan sayang sekali jika tidak kuceritakan di sini.  Jadi, secara gamblang saya akan menceritakan beberapa hal yang perlu kalian ketahui tentang Miangas. 

25 Juni 2013. Pulau Miangas, Sulawesi Utara, Indonesia. (Dokumen Pribadi)
Pulau eksotis, dikelilingi hamparan lautan biru yang sangat jernih dengan pantai pasir putih. Tanahnya subur, ditumbuhi banyak pohon kelapa. Pulau paling utara Negara Kesatuan Republik Indonesia, perbatasan Filipina-Indonesia. Itulah Pulau Miangas, yang luasnya hanya sekitar 210 ha atau sekitar 3.15 kilometer persegi. Pulau yang bisa kami jejaki setelah melalui perjalanan udara, darat, dan laut selama empat hari dari Makassar. Untuk transportasi antar pulau, penduduk Miangas biasa mengandalkan Kapal Perintis. Selama saya berada di Miangas, satu-satunya kapal yang merapat di dermaga Miangas dengan jadwal paten sekali sepekan hanyalah Kapal Perintis KM.Meliku Nusa.

Di Pulau Miangas, kami (Mahasiswa KKN Tematik UNHAS Gel.85) “mengabdi” selama sebulan, terhitung sejak 25 Juni hingga 23 Juli 2013. Di sana, kami 74 orang disebar ke rumah penduduk, sekitar 2-4 orang per rumah. Namun ada pengecualian untuk 9 orang teman (nine brothers), mereka tinggal serumah paling banyak serta ada 4 orang teman yang tinggal di posko induk. Kami tinggal bersama keluarga baru dengan marga yang beraneka ragam: Awalla, Bawala, Hama, Lantaa, Lupa, , Manus, Mambu, Mangoli, Palense,  Parenta,  Pogo, Wudu.

Saya sendiri bersama dua orang teman (Nur Shima-Sastra Inggris dan Nurfaidah-Hukum) tinggal dengan keluarga bermarga Wudu. Kami tinggal bersama papa  (Hendrik Wudu, lebih akrab disapa Bang Tejo oleh teman-teman), mama (Kartini Taringanen, lebih akrab disapa “Ibu Negara”), dan satu adik perempuan kelas 5 SD bernama Friscillia Dwita Wudu. Mendapat keluarga baru merupakan salah satu hal menyenangkan yang kami peroleh di Miangas. Terlebih lagi Mama dan Papa angkat kami sangat welcome dan dengan senang hati mau direpotkan oleh kami. “Jangan malu-malu dek, anggap saja rumah sendiri”. “Jangan malu-malu dek, kalau malu ada hati”. Itu dua kalimat pamungkas yang berulang-ulang diucapkan mama dan papa saat kami terlihat kikuk.

Penduduk Miangas mayoritas penganut Kristen Protestan. Tapi jangan khawatir, di sana kami hidup rukun meski berbeda suku dan agama sebab kami tahu cara menghargai saudara setanah air. Masyarakat Miangas bersahabat dengan anjing, bahkan anak-anak pun kerap kali bermain-main hingga memeluk dan menciuminya. Jadi, jangan heran jika banyak anjing yang berkeliaran di lingkungan penduduk, bahkan bisa dengan leluasa keluar masuk ke rumah penduduk. Meski sebagian besar anjing di Miangas jinak, untuk pendatang baru, kalian patut berhati-hati dengan anjing yang berkeliaran. Sebab ada beberapa anjing yang masih “aware” terhadap orang baru. Saya pun pernah digonggongi  saat berjalan menuju sekolah dan saat bertandang ke rumah tetangga. “Dia memang sering menggonggongi orang yang baru kak, biasanya tidak begitu sama orang yang sudah sering ke sini” jelas anak tetangga yang waktu itu kudatangi.

Di Miangas sudah ada kendaraan (sepeda, motor, montrada-motor roda tiga, kaisarmotor dengan gerobak penumpang, mobil pikap), tapi sebagian besar penduduk masih beraktivitas dengan berjalan kaki. Selama di sana pun saya tidak pernah naik kendaraan, ke mana-mana hanya berjalan kaki. Dari rumah ke posko induk KKN UNHAS yang letaknya di samping POSAD (Pos Angkatan Darat), ke dermaga, ke pantai (racuna, lobo, merah, wolo), ke liang (tempat cuci pakaian yang airnya pasang di pagi hari dan kembali surut di sore hari), ke mushollah POSAL(Pos Angkatan Laut), ke gunung ota/gunung keramat, ke kebun, ke sekolah, ke puskesmas, ke pendopo, dan kemana pun itu, kutempuh hanya dengan berjalan kaki.

Penduduk Miangas masih melestarikan budaya saling sapa. Setiap kali kami berpapasan di jalan atau  melintasi rumah-rumah yang di depannya ada warga yang duduk santai, kami selalu bertegur sapa, memberi salam “selamat pagi/siang/sore/malam” dan saling melempar senyum. Saling sapa menjadi salah satu cara untuk menjalin hubungan sosial dengan penduduk Miangas. Secara alami kami seperti membangun ikatan emosional. Jadi tidak ada ruginya membiasakan diri untuk bertegur sapa meski kita tidak saling mengenal nama. Ini hal yang sederhana tapi jangan menyepelekannya sebab budaya saling sapa bukanlah basa basi sosial semata.

Untuk kegiatan perekonomian, beberapa penduduk Miangas masih ada yang melakukan barter dengan orang Filipina. Kata papa angkatku, orang Filipina suka jika mendapatkan barang barter berupa sabun detergen, sebab mereka butuh untuk dipakai mandi. Biasanya detergen ditukarkan dengan minuman soda yang jumlahnya fariatif (2-3 botol), kadang ada juga yang harga teman (terima barang dengan jumlah seikhlasnya yang diberikan teman). Di Miangas, harga jual barang di warung (di Miangas pasar belum ada, hanya ada warung) mencapai dua kali lipat harga di Makassar.

Penduduk Miangas sangat gemar berolahraga, baik itu bola voli, takraw, bulu tangkis, basket, maupun sepak bola. Hampir seluruh kalangan sangat gemar berolahraga, mulai dari yang muda sampai yang tua. Mereka rutin berolahraga di sore hari. Tak heran jika Bidadari Surga-tim voli putri kami dikalahkan oleh tim voli warga lokal dalam ajang Pertandingan Olahraga Voli yang diadakan oleh KKN Tematik UNHAS Gel.85 bekerja sama dengan Pemuda Miangas. “Ya wajar saja kalau tim KKN UNHAS kalah, yang dilawan 'kan orang sini yang sudah sering sekali main voli” komentar Oma (nenek yang tinggal di dekat rumah) saat pertandingan usai.

Selain gemar berolahraga, penduduk Miangas juga gemar mengonsumsi minuman keras (Cap Tikus, dsb) hingga mabuk-mabukan. Mereka memiliki gaya hidup yang sangat kontras, saling bertolak belakang. Aku punya cerita soalan orang yang mabuk di Miangas. Pernah, saat aku berjalan dengan seorang anak kelas 4 SD, ia berkomentar saat melihat seseorang yang dikenalinya berjalan di depan kami, “Kakak, itu kita pe om, dia orangnya baik, kalau lagi bagate (mabuk) dia biasa bagi-bagi uang Rp 50.000”. Aku terbahak mendengar ceritanya. Ada-ada saja ya tingkah orang mabuk. Selain itu, untuk para wanita, kalian harus berhati-hati saat seseorang (bermata merah dan beraroma alkohol) mengajak kalian berjabat tangan. Kalian patut waspada dan sebaiknya menolak dengan sopan sebab pernah ada teman yang “terjebak” berjabat tangan dengan orang mabuk hingga tangannya sangat lama digenggam. 

Selain kebiasaan saling sapa, barter, konsumsi minuman keras, dan berolahraga, Miangas juga identik dengan cerita mistis. Kalau bercerita tentang hal mistis, hampir semua masyarakat Miangas mafhum dan percaya. Soalnya masih ada masyarakat yang biasa melihat penampakan hantu bahkan sampai dikejar-kejar hingga kewalahan. Papa angkatku bahkan sering berpesan, “Jangan berani keliling kampung sendirian. Mama di sebelah saja pernah di bawa sama penghuni pulau sampai tersesat, apalagi kalian yang masih baru di sini”.  Ada beberapa kawasan di Pulau Miangas yang dianggap angker. Pernah juga adik angkatku menyeletuk perihal salah satu keluarga yang meninggal dunia karena diguna-gunai dengan ilmu hitam. Masih banyak cerita mistis dan ghaib di Miangas , sayang saya selalu tidak punya nyali untuk mengoreknya lebih dalam.

Sabtu, 28 September 2013

When Love Break Us

Tangan kanannya menggenggam tanganku sedang tangan kirinya menyeka air disudut matanya. Kami berjalan pelan-pelan melewati jalan setapak yang masih digenangi air, sisa hujan tadi sore.
"Berikan waktu pada hatimu untuk memahami sakit" aku berbisik lirih padanya. Aku mencerna kata-kata yang lebih pantas kusimpan untuk diriku sendiri.
Dia hanya bergumam. Tangannya masih sibuk menyeka air mata.
Aku tahu bagaimana perasaannya. Patah hati setelah dia memutuskan -tepatnya aku memaksanya memutuskan- pacarnya.
"Berhentilah menangis. Itu akan membuatmu lebih sakit! Lelaki tampan tidak pantas semenderita ini hanya karena cinta!" Suaraku bergetar. Aku tidak pernah melihatnya serapuh ini.
"Maaf kak, aku mengecewakanmu. Aku tidak bisa menjaga diriku. Aku kalah dengan perasaanku" dia terbata menahan tangis. Ada penyesalan dalam suaranya.
Aku menghentikan langkahku. Aku menoleh, memperhatikannya. Dia jauh lebih tegar dari yang kubayangkan. Dia belajar lebih baik dariku, bahkan dia jauh lebih dewasa dari umurnya. Dia bertumbuh sangat cepat. Bagaimana bisa selama ini aku tidak menyadarinya?
"Tidak usah menyalahkan diri sendiri. Belajarlah berdamai dengan hatimu" mataku mulai berkaca-kaca.
Tangannya menggenggamku lebih erat. Setegar apa pun ia di depanku, tetap saja matanya tak bisa menutupi luka.
"Allah sebaik-baiknya penjaga. Maha membolak-balikkan hati. Berdo'alah, minta Allah menjagakan hati kalian. Toh kalau jodoh pasti kembali, tidak mungkin hilang. Tidak usah mencoba-coba. Kalian masih terlalu dini untuk bertindak seperti ini. Kalian hanya saling merusak melalui pacaran. Biar bagaimana pun, bahagia tidak pernah abadi jika kita tidak patuh pada aturan Allah" air mataku tumpah.
Seharusnya aku bisa menjagamu lebih baik dari ini. Aku bodoh membiarkanmu merasakan sakit yang pernah kualami, sama seperti ini. Keluhku dalam hati.

Untuk adikku, lelaki yang menilaiku 'bukan perempuan' dimatanya. Belajarlah menghargai cintamu.

Kamis, 08 Agustus 2013

Di Hari Lebaranku


di hari lebaranku
Suara-suara takbir masuk ke celah-celah kamar
menggema sampai ke gendang-gendang telinga yang berselimut

Allahu Akbar! Allahu Akbar!
Meski tanpa kamu di hari lebaranku
Aku tetap akan bersorak
Biar gema-gema takbir juga sampai ke telingamu

Meski tanpa kabarmu di hari lebaranku
Aku akan tetap melantunkan do'a
Biar maaf dan sesal yang tak sempat kusuarakan
Juga sampai ke hatimu


Taqabbalallahu mina wa minkum
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat Idul Fitri 1434

Selasa, 06 Agustus 2013

Ungkapan Cinta

"Semoga perasaan-perasaan yang kalian titipkan 
bisa mempertemukan kita untuk kali kedua"

Lirung, 24 Juli 2013
Kau tahu rasanya saat pertama kali menemukan hal yang paling dirindukan? Tentu kau akan girang karena bahagia atau mungkin dadamu terasa sesak karena haru. Ya, setidaknya seperti itulah perasaanku saat menemukan masjid dan bisa mendengarkan lantunan adzan melalui pengeras suara setelah sebulan “terasingkan”.

Setibanya di depan masjid, anak laki-laki berkaos kuning dengan sarung shalatnya, menyambut kami dengan pertanyaan dan ocehan polosnya,

“Ada yang bukan agama Islam”
“memang kenapa?”
“yang bukan Islam tidak boleh masuk”
“oh iya, semuanya Islam” aku menjawab setelah memastikan teman disekitarku semuanya muslim.
“perempuan juga jangan masuk lewat sini”
“terus kalau saya mau masuk? Lewat mana?”
“Lewat pintu yang di samping”
“jalannya lewat mana?”
“di situ” dia menunjuk arah jalan yang tertutup tirai.
“ooh, iya” aku mengangguk dan bergegas meninggalkannya. Anak itu betul-betul cerewet ya, batinku.

Setelah shalat maghrib, anak itu  kembali  mengoceh panjang lebar dan memamerkan buku cerita tentang siksa nereka.

Sebelum kembali ke dermaga,  kami berpamitan dengan ibu yang menyiapkan hidangan buka puasa dan anaknya si cerewet yang belakangan baru kutahu bernama Najar.

“kakak… kakak..” si anak cerewet itu berteriak memanggilku.
“ya… saya?” aku menoleh sambil mengarahkan telunjuk ke wajahku dengan ekspresi heran.
“iya, ini kak dia menyodorkan lipatan kertas ke tanganku.
“ini apa?”
“jangan dibuka di sini” dia berpesan dengan malu.

Tapi berhubung karena penasaran, jadilah aku membelakanginya lalu kertasnya kubuka di tempat.

Isi kertasnya hanya ada dua kata: Kakak  & Najar serta gambar love dibingkai persegi.
Jleb! Eh? Ini surat cinta ya? Ternyata anak ini pandai “bertingkah manis” juga ya.

Aku berbalik dan tersenyum ke arahnya.  




Miangas, 15 Juli 2013
kak athifah kemarin kenapa tidak ke posko?” tanyanya dengan nada kecewa
“iya, kakak kemarin seharian tinggal di rumah.”
“Saya cari-cari tapi tidak ada. Padahal saya mau main. Karena tidak ada kak athifah, saya jadi sendirian, tidak ada teman main”
“loh? Kakak Mawar tidak diajak main? ‘Kan banyak teman-teman lain”
“tapi saya lebih suka main sama kak athifah”
“maaf ya… kemarin kakak malas keluar rumah. Lain kali kamu yang ke rumah ya, biar mainnya di rumah saja”
“yau maapulunu kak athifah”
Aku hanya diam mendengarnya
“kak athifah tahu artinya?” dia bertanya untuk memastikan aku paham maksud ucapannya.
“iya, kakak tahu” aku menjawabnya sambil tersenyum.
“aku cinta kak athifah dia kembali mengulangnya dalam bahasa Indonesia.
Aku membalasnya dengan senyuman.
“Dari semua kakak kakak, aku paling suka kak athifah” ungkapnya.
“kakak juga suka sama santa”

Santa adalah anak perempuan kelas 4 SD yang kutemui saat perjalanan menuju Miangas, 23 juni 2013 di K.M.Meliku Nusa. Katanya dia dari Bitung menemani kakeknya menjual kopra. Anak manis yang mau bersusah payah mencarikanku kardus bekas untuk kupakai alas tidur. Dia tipikal anak yang pencemburu, saya paling suka melihat ekspresinya saat melihat teman-temannya yang lain berebut untuk bermain denganku.“saya ‘kan yang lebih duluan kenal sama kak athifah, waktu di kapal kakak tidak bisa tidur karena alasnya sempit”.


Aku selalu suka dengan anak-anak. Dari kepolosan mereka, aku banyak belajar bagaimana mengungkapkan kejujuran tanpa merasa takut tersakiti. Hakikatnya jujur itu menyenangkan, yang tak siap menerima kenyataanlah yang menganggap jujur kadang menyakitkan.

Rabu, 31 Juli 2013

Perjalanan Pulang

K.M.Meliku Nusa. Perjalanan menuju utara, Pulau Miangas.

Rindu membawaku kembali ke selatan
meninggalkan utara yang "mungkin" nantinya jauh lebih kurindukan
Meliku Nusa, Metro Teratai, dan Tilong Kabila mengantarku pulang
Berlayar dari Utara, Tengah , Tenggara, hingga ke Selatan
Berhari-hari menikmati laut lepas
menjemput mentari terbit, lalu kembali menemaninya terbenam
terbit… terbenam…
terbit… terbenam…
terbit… terbenam…
terus berulang hingga sesaat aku lupa waktu
31 Juli 2013, mentari kembali terbit
bak mengingatkanku : “Ini waktunya pulang”
Akhirnya, perjalanan panjang ini memisahkan kita di Pelabuhan Makassar, Soekarno Hatta.


~Juli dan perpisahan yang berhasil menitipkan rindu untuk @MiangasUh85

Jumat, 21 Juni 2013

Pesan Singkat

Sender: No Name
Date   : 21/06/2013 02:18

Selarut ini aku masih terjaga. Rupanya lelah berkeliling seharian belum cukup ampuh untuk mengubah waktu tidurku. Karena mata sulit diajak kompromi, jadilah saya mencari bacaan di blog. Iseng-iseng membaca blog si kakak yang sering kutegur sapa.


Kau tahu apa yang kudapat? Dunia kecil yang penuh rasa. ini seperti menemukan setumpuk harta karun.

Untuk kakakku yang baik hati:
"terimakasih telah menulis, aku menemukan banyak inspirasi dari tulisan manismu."




~Juni dan lelah yang tak berhasil membuatku terlelap~

Rabu, 15 Mei 2013

Ternyata kami Berbeda



Fulanah adalah teman sepermainanku di sekolah. Kami memiliki banyak kesamaan bahkan guru bahasa Inggris mengira kami saudara, katanya kami mirip. Kami sama-sama bandel. Kami lebih senang keluyuran ke kebun sepulang sekolah. Pas istirahat, kami hobi gangguin teman. Kalau musim pohon berbuah kami lebih suka manjat. Manjat pohon mangga atau pun pohon jambu. Dan kalau telat masuk kelas, teman pasti suka ngeledekin “Kalian pasti habis nongkrong di pohon ‘kan? Ih dasar monyet!”.

Berhubung  kami punya bakat aneh dan sangat “aktif”, berinisiatiflah kami untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler: tapak suci.  Hitung-hitung bekal buat jadi “jagoan”.

Kalau lagi bosan pas jam belajar, biasanya kami lebih asyik cekikikan ketimbang memperhatikan guru. Buku humor hadiah dari teman lah penyebabnya.

Meski kami bandel, pas pelajaran tadarrus, kami tetap lancar setor hapalan. Minimal 1 surah untuk sepekan. Rajinnya bukan cuma hafal surah, tapi juga hafal bahasa arab. Tapi pernah sekali, teman-teman sekelas kompakan tidak hafal mufradhat bahasa Arab. Guru kami tentu marah besar. Sebagai hukumannya, betis kami jadi sasaran empuk  sapu ijuk. Awalnya pedis dan terasa panas,  kemudian lebam dan memar. Itu berbekas sampai beberapa hari.

Sejak saat itu, kami lebih rajin menghafal. Soalnya kapok kena sapu ijuk. Dan semenjak tamat sekolah, kami berpisah. Dia lebih memilih belajar dalam bidang ilmu agama di pesantren sedang saya mendalami ilmu umum di sekolah negeri. Kadar bandel kami menurun. Kami sama-sama berubah.

5 tahun berlalu.  Dia tetap berjuang melanjutkan hafalannya.  Hingga beberapa juz al-Qur’an pun bisa dikuasainya. Sedang saya sangatlah merugi, jangankan bertambah, hafalanku yang lalu pun kadang lupa lupa ingat. Aku betul-betul sangat iri padanya. Dulunya kami sama-sama bandel, tapi sekarang ternyata kami berbeda.  

#Ini cerita random yang disatupadukan. Terlalu banyak kenangan yang teringat akhir-akhir ini.

"Orang yang paling baik diantara kalian adalah seseorang yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR.Bukhari no.4639)

Siapa yang membaca Al-Qur'an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah(kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. keduanya bertanya, "Mengapa kami dipakaikan jubah ini?" dijawab,"Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur'an." (HR. Al-Hakim)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam beliau bersabda: "Tidak boleh ada hasad (kecemburuan) kecuali pada dua hal. (pertama) kepada seorang yang telah diberi Allah (hafalan) Al-Qur'an, sehingga ia membacanya siang dan malam. (kedua) kepada seorang yang dikaruniakan Allah harta kekayaan, lalu dibelanjakannya harta itu siang  dan malam (di jalan Allah)." (HR. Al-Bukhari no. 4638 dan Muslim no.1350)

Senin, 08 April 2013

Si Jagoan Kelas



Hai! Aku Dafi. Si jagoan kelas. Meski badanku gendut, saya tetap orang paling keren dan terkenal di sekolah. Teman-teman menganggapku anak paling “berani”. Aku lebih suka menjahili teman-teman daripada memperhatikan guru di kelas.  Tidak heran jika namaku tidak masuk dalam daftar peringkat 10 besar.

Nasibku sangat berbeda dengan Nailah. Si gadis hitam, pendek dan sama sekali tidak cantik tapi berbakat dalam banyak hal. Dia tipikal orang yang  enggan menyontek dalam ujian. Teman-teman menjulukinya “si solkar”.  Dia teman sekelasku sejak kelas 4 SD dan rumah kami hanya dipisahkan satu bangunan. Menurutku dia “monster”. Hampir semua pelajaran menjadi favoritnya: matematika, kesenian, IPA, IPS, dan olahraga.

Matematika
Untuk pelajaran matematika, Nailah salah satu anak yang paling diandalkan di kelas.  Untuk sesi tebak jawaban, ia selalu bersemangat dalam adu cepat menjawab soal. Bahkan banyak teman yang berebutan duduk di sampingnya.  Teman-teman yang tidak berminat mengerjakan soal (termasuk saya), memilih menjadi tim sukses. Menyoraki dan menyemangati Nailah.

“Ayooo Nailah! Nailah! Nailaaah!” Kami bersorak sambil bertepuk tangan.

Jadilah kelas seperti pasar, sangat gaduh. Tapi Nailah tetap berkonsentrasi dengan angka-angka di hadapannya.  Dia betul-betul Jenius!

Olahraga
Ia sangat bersemangat saat pelajaran olahraga. Bagian favoritnya ialah senam lantai dan lari estafet.  Postur  tubuhnya yang kecil memberikan keuntungan dalam senam lantai, terutama cium lutut dan menyentuh jari kaki. Memiliki kaki pendek  memudahkan Nailah untuk melakukan senam lantai. Dan tentu dia lah yang bertahan paling lama dalam praktek senam lantai.

Kesenian
Menggambar dan membuat kerajinan tangan termasuk favoritnya.  Hal yang paling berkesan ialah tugas menggambar pulau. Sulawesi menjadi targetnya. Katanya itu pulau favoritnya. Sebab ia lahir dan besar di Sulawesi. Gambarnya merupakan karya kedua  terbaik di kelas. Untuk urusan menggambar, saya masih lebih unggul darinya. Itu pertama kalinya dia menganggapku sebagai saingan terberatnya. 

IPA dan IPS
Momen yang paling menakjubkan ialah saat Ibu Lina menantang kami untuk menghafalkan nama planet dan semua Negara dan ibu kota di Asia Tenggara. Hanya dia yang mengangkat tangan. Adrenalinnya terpacu saat sadar hanya dia yang merespon tantangan ibu lina.

“Yang lain kok nggak ada yang angkat tangan? Ah payah, tidak ada saingan.  Ini tidak sekeren yang kubayangkan.”  Dia berkomentar dengan ekspresi cemberut yang dibuat-buat.

“Ya.. Nailah” Ibu Lina mempersilakannya.

Dia berdiri dengan semangat dan dengan lancar ia melafalkan 9 planet di tata surya dan 10 negara di Asia tenggara lengkap dengan ibu Kotanya (Pada masa kami, Negara di Asia Tenggara Hanya 10, Timor Leste masih termasuk kawasan Indonesia. Begitupun dengan planet, berjumlah 9 sebab Pluto masih tergolong planet).

Setelah selesai menyebutkan semua planet dan negara asia tenggara serta  ibu kotanya, teman-teman sekelas bersorak dan bertepuk tangan untuknya. Aku semakin cemburu dengan kepopulerannya. Bisa-bisa label jagoan kelas akan direbut olehnya.

***

Dia sudah hampir memenuhi standar sempurna di mataku. Sayang saat pelajaran agama, ia sangat berbeda. Tidak semangat seperti saat mengerjakan soal matematika atau menghafalkan negara Asia Tenggara dan nama-nama planet. Dia berubah 180 derajat.

Semua teman sekelas sangat bersemangat melafalkan hafalan shalat. Sedang dia hanya diam membisu.
“Ah, hafalan shalatku di bawah rata-rata”  ia meremehkan dirinya.

Ia menyesal, hafalan shalatnya hanya sebatas surah al-fatihah dan surah pendek. Shalat  pun ia hanya rutin di waktu magrib, sedang waktu lain hanya sesekali.

“Lihat masa Nailah nggak hafal bacaan shalat. Padahal ‘kan ayahnya sering keliling masjid ngasih ceramah!” teman-teman sekelas menyindirnya.

Nailah merasa sangat minder, tapi dia tidak menyerah. Sepulang dari sekolah, target utamanya ialah menuntaskan hafalan shalat. Mengingat sindiran teman-teman, semangatnya kembali terpacu. Ia menghafal sepanjang malam. 

Ya, dia betul-betul melakukannya dengan baik! Dan hasilnya sempurna! Saat ujian kelulusan Sekolah Dasar, dia memperoleh nilai tertinggi dalam  praktek agama. Begitu pun dengan pelajaran yang lain. Dia menyabotase peringkat pertama. Dia betul-betul  mengagumkan. Dengan semangat, kejujuran, kerja keras, dan kemandiriannya, dia bisa membuktikan bahwa memang dia lebih pantas menjadi jagoan kelas. 


#Based on true story, catatan 10 tahun silam.

Selasa, 19 Februari 2013

Empty World


~.Dear God, please  keep us.~
no  word... no  voice...
die  away  in  blur  circle
I  could  find  none
Just  the  empty  world
O  God…I  walk  alone  in  the  dark  road
with  tears  in  my  eyes
O  God…without  You, I  lost  my  way
I  couldn’t  find  the  way  home
O  God…It’s  too  hard  to  face  it  alone
At  one’s  wit’s  end
Out  of  one’s  senses
It’s  like  living  in  the  jungle



Jumat, 18 Januari 2013

Tahu Ken(apa)?

~. dari kesalahan, selalu ada pembenaran 
yang bisa mengajarkan kita "menerima" dengan ikhlas .~


Ada saatnya, 
aku yang kau kenali tiba-tiba menjadi orang yang "berbeda".
Bukan lagi si jinak. melainkan si buas yang sangat keras kepala 
dan tidak mau mendengarkan siapa pun.

Tahu kenapa?

Mungkin menjadi si penurut terlalu membosankan.
Atau mungkin menjadi jinak bukanlah hal yang pantas. 
Terlebih lagi jika harus menghadapi  “harimau”. 


Meski buas tak pernah benar-benar membuatku bahagia.
Tapi aku berani menjadi berbeda. 

Tahu kenapa?

Karena aku percaya, akan ada teman 
yang tetap berdiri di sampingku meski yang lain menjauh. 
Seperti kamu yang tetap mempercayaiku meski aku tak lagi sama.