Tampilkan postingan dengan label catatan fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label catatan fiksi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Mei 2016

Perihal Malam Ini


Malam ini, di tengah hingar bingar keramaian kota, aku berdiri di antara ratusan pasang kaki. Mataku terpukau pada kemeriahan panggung pertunjukan, menikmati euforia debaran jantung pada setiap kata-kata dalam puisi.

Malam ini, di bawah kerlap kerlip bintang langit, di antara kegaduhan sorak sorai penonton dan kebisingan lalu lalang kendaraan, tetap saja aku tak berhasil menemukan tempat persembunyian aman darimu. Sebab ternyata, di antara ratusan pasang kaki itu, ada sepasang kakimu yang berdiri tak jauh dariku.

Ini bukan kali pertamanya aku mencari tempat persembunyian darimu, tapi tetap saja tiba-tiba kamu berada di tempat yang sama. Apa ini pertanda bahwa kita harus berdamai dengan takdir? Atau mungkin ini peringatan, bahwa kita sudah terlalu senja untuk bermain kucing-kucingan. 

Sabtu, 15 Agustus 2015

Kepada Lelaki Menyebalkan


Tidak ada yang spesial dengan tempat ini hingga aku menyadari bahwa sejak awal, bermula dari sini, aku diam-diam mengagumi apa pun tentangmu. Meskipun kamu lebih sering bertingkah menyebalkan dibanding bersikap manis. Tetap saja selalu ada hal 'aneh' yang bisa membuatku mengagumimu.

Kamu lihat awan itu? Bentuknya unik, mirip hati. Dan baru hari ini aku menyadarinya, sama seperti hatiku yang baru kusadari sudah jatuh untukmu sejak awal.

Setelah mengecek tanggal gambar ini kuambil, itu tepat bulan ke 13 setelah pertemuan pertama kita. Dan Agustus ini sudah tepat bulan ke 29. Sudah lama sekali, tapi kenapa baru sekarang menyadarinya?



Rumah, Lewat tengah malam.

Sudah sangat larut tapi masih sulit terlelap. Akhirnya berimajinasi sebelum tidur. Jaga kesehatan ya, hatinya juga. ^^

Selasa, 18 September 2012

titik dari cumulonimbus


Dalam penanggalan, tepat pada angka "Satu Tujuh". 
Di sini titiknya bermula. 
Di jalan yang selalu menyita hatiku. 
Ini bukan tentang titik cinta, 
tapi titik rindu yang tersamarkan.
 Dan pada ruas aspal yang sama, 
titik-titiknya menemani petangku di jalan yang penuh sesak. 
Titik dari cumulonimbus, Hujan.
Kembali datang menghapus kemarau.

source

Jumat, 18 Mei 2012

Tergenggam kembali



Perlahan erat jemari kembali bersambut.
Menyelipkan cinta di hati,
sungguh indah ukhuwah yang mekar.
Pelan-pelan ia mengendap masuk ke relung jiwa.
Jika kesempatan itu datang,
izinkan aku mengeratkan genggaman hingga penghujung waktu.
…Semoga indah pada akhirnya…

~ya Rabb eratkan hati kami dengan cinta karenaMu~


Minggu, 22 April 2012

Salah Paham





A :  Aku tahu ada yang tidak beres denganmu.

B :  Apa yang tidak beres? Aku yakin semua baik-baik saja.

A : Tidak usah mengelabui, ini sudah sangat jelas sampai tidak ada celah untuk tidak menyadarinya.

B : Ah jangan mengada-ngada. Itu hanya imajinasimu saja.

A : Imajinasi? Aku tidak sedang bermimpi! Aku tahu ada yang berbeda dari tatapan matamu, tak perlu   menyembunyikannya.

B : Oke. Sepertinya semua harus lebih transparan. Apa alibimu?

A : Menghindar. Tak seperti biasanya, berputar arah saat mendapatiku di sisi jalan yang sama

B : . . . . . .                                                                                   

A : Membisu.Tak seperti biasanya,  bertemu tanpa ada sapa.

B : Ini sangat kekanak-kanakan. Aku terlalu bertindak berlebihan sampai membuatmu salah paham.

A : Salah paham?  

B : Lupakan. Aku mungkin salah.

A : Bisakah mengakuinya lebih jujur? Meski itu sangat menyakitkan, aku siap mendengarnya. Setidaknya itu lebih melegahkan dibanding harus ada prasangka negatif. 

B : Aku  mengaku salah. Salah tidak bisa mengakuinya lebih cepat. Mungkin sekarang bukan waktu yang tepat. Kita masih butuh waktu untuk saling memahami.

A : Tapi, bisakah menyederhanakannya dengan kata? Setidaknya beri aku sedikit celah untuk memahami. Biar tak ada lagi salah paham.

B: Sudahlah. Tidak usah melanjutkan kata tentang kesalahpahaman itu. 



~ini tentang salah paham yang tak perlu dipahami~

Selasa, 27 Maret 2012

Kamuflase Gaung





Semakin kubergerak menjauh, 

langkah itu semakin jelas terdengar.

Ini bukan halusinasi yang nyata ‘kan?  Umpatku pelan.

Aku menoleh,  membidik arah suara jejak. Nihil.

Tidak ada siapa-siapa! Yang benar saja?

Dekap langkah itu semakin kuat menghipnotis.

Seperti memburu semakin cepat.

Membuat gelagatku semakin tidak beres. Panik.

Degup jantungku tak karuan.

Iya betul nyata oleh indera ku. 

Sesaat  aku tak bergeming.
. . . . . . . . .

Langkah itu mencoba mengelabui. 

Terdiam seperti aku yang tak bergeming

Tapi, tak ada bayang nyata disini. 

Sama sekali  tak tertangkap oleh retinaku.

Hei! Ada orang di situ? suaraku bergetar.

Selang sedetik, dari sudut ruang 

yang berbeda terdengar suara samar 

dengan pertanyaan sama yang kulontarkan.

 "Apa yang salah dengan tempat ini?" Tanyaku kebingungan.

Sangat bodoh! Kenapa aku baru menyadarinya?ucapku sembari menertawakan diri.

Ternyata langkah itu pantulan 

suara yang kuciptakan dari derit alas kaki ku. Gaung.


~Teruntuk gaung yang menyimpan misteri, padamu aku belajar tentang nyata yang terkadang ‘tak mesti ditampakkan. ~

Senin, 09 Januari 2012

Warna Cinta






Terinspirasi dari suara hati Nurmayanti Zain tentang warna cinta. Sebuah opini cerdas yang menggugah pemikiranku 'tuk mengulasnya dalam opiniku.

Warna dan cinta, dua kata dengan makna berbeda namun memiliki korelasi yang indah."Warna Cinta" perpaduan kata yang menciptakan makna unik. Menyiratkan tanya yang membuatku mengimajinasikan warna cinta yang nyatanya tidak kasat mata. Jika ditanya tentang warna, tentu dengan gamblangnya lisanku melantunkan berbagai macam jenis spektrum warna: merah, kuning, hijau,  biru, nila, ungu, jingga, pink, coklat, hitam, putih.

Lalu jika ditanya,“apa warna cinta itu?”

Rupanya, mencari jawaban dari satu tanya ini  tak semudah menebak kata-kata pelengkap kolom TTS. Betul-betul ajaib,dalam sekejap cinta dapat melumpuhkan kemampuan otak kananku dalam menebak warna.Sepertinya butuh ilustrasi  cerdas dalam menerjemahkan warna apa yang ada pada cinta.Bagiku, cinta itu sulit untuk dideskripsikan jika hanya dengan satu warna. Sebab cinta bak cahaya. Cahaya  yang dapat membiaskan ragam warna jika ia masuk menembus prisma hati.  Uniknya, besar pembiasan warna yang dibiaskan prisma hati ini berbanding lurus dengan besar frekuensi cahaya cinta yang diterima.Istilahnya, semakin besar frekuensi cintanya maka semakin besar pula keragaman warna yang dibiaskan.
 
Cinta menciptakan warna dengan keunikan rasa yang beragam. Cinta akan membiaskan warna putih suci jika berada pada frekuensi ketulusan sempurna.Kadang cinta itu membiaskan rona merah muda jika hati pemiliknya tersipu malu. Kadang cinta itu membiaskan warna hitam dari hati yang terbakar api cemburu.Kadang cinta itu membiaskan warna biru muda, menentramkan seperti saat memandang langit dikala gundah. Kadang cinta itu membiaskan warna merah membara, simbol dari keberanian yang meluap demi melindungi yang dicintainya.Ya..seperti itulah warna cinta bagiku, beragam namun pesonanya mampu memikat mata yang memandang.

Cinta itu berwarna-warni seperti pelangi.



Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Kemilau Cahaya Emas yang diselenggarakan oleh Nurmayanti Zain

Senin, 10 Oktober 2011

Bingkai Perjuangan



Bersama menyemai kasih dalam semerbak wangi perjuangan

Setia merajut ukhuwah di setiap ruas waktu yang terlalui

Berazzam memusnahkan benalu perenggut Keistiqamahan

Saling menegarkan hati 'tuk membunuh perih

Saling menggenggamkan ikhlas dalam duka 

Tatkala jejak-jejak perpisahan terpahat langkah gontai

Wangi perjuangan bagai meninggalkan aroma rindu

Rindu akan cerminan kemilau jiwa mujahidah


Senin, 23 Mei 2011

Teka Teki Klasik



pandangan pertama
arah pukul 7 di kilometer 10
menyelundup relung rasa tanpa izin
bagai mendekap angan sia-sia
anehnya membuatku tak bergeming
penuh dengan pertikaian logika
lagi-lagi tentang teka-teki klasik
yang tak terpecahkan
lalu bagaimana aku harus
menyikapi kenyataan ini?

Rabu, 04 Mei 2011

Adakah Cinta Abadi?


  Aku masih ingat akan ceritamu tentang kekasih pertamamu.Katanya dia yang terbaik:cerdas, rupawan, mapan, dan sangat bermartabat.

sebulan kemudian..

   Dia yang kau puja malah menjadi yang terhina di otakmu. Miris, dalam hitungan detik saja penilaianmu tentang dia sudah bergeser seratus delapan puluh derajat. 

Lalu kau kembali mengadu tentang pujaan nomor dua mu..

"dia membuatku gila, 
menghantui mimpi-mimpi dan pikiranku.. 
Sepertinya dia pangeran terakhir 
yang dikirimkan untukku"

    Tetapi dua bulan setelah itu..kau kembali mengadu dengan air mata dan sumpah serapahmu,

"ternyata aku keliru menilai dia sebagai pangeran!
Dia tak jauh berbeda dengan pembunuh kelas kakap!
durhaka aku memuja pengkhianat sejahanam dia!"

setahun berlalu..

  Kau tak lagi datang mengadukan si nomor 3, nomor 4, ataupun nomor 5, 6, dan seterusnya. Sepertinya kau sudah kapok dengan pengkhianatan yang tak berujung.
   Tetapi ternyata aku keliru, kau kembali mengusikku dengan beribu cerita cintamu...
   Duhai fulanah.. gurauan cintamu sungguh menggelitik.Sungguh kesetiaan itu langka,begitu pula dengan penyandangnya.
   Tidak kah kau yakin dengan kedatangan "dia" yang telah disandingkan namanya dengan namamu di lau mahfudz oleh Rabb jagad raya?
   Tidak kah kau percaya akan janji Allah yang pasti tak 'kan teringkari?

"...wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik...
(Q.S.an-nur:26)"

Kamis, 21 April 2011

Pemuda Asing


Dia datang dari negeri nan jauh di timur
compang-camping dengan jinjingan berbalut sarung lusuh
Kusut kusam kain pembungkus tubuhnya
Dia datang dari negerinya membawa impian yang tak sebatas fatamorgana
Pandangannya sedatar cyrus di cakrawala
Sorot matanya pancarkan semangat as-shiddiq
Dia pemuda asing yang terasingkan
Fisiknya lusuh...tetapi batinnya seindah zamrud

Senin, 18 April 2011

Cerita Sendu


malam ini langit tak seindah yang lalu..
bintangku terganti kelam yang pekat
Senada dengan hati ibu yang pilu karenaku
aku terlalu tega membuatmu meneteskan air mata kepedihan
Aku terlalu lancang menolak permintaanmu
Permintaan yang tak terbandingkan dengan tetes peluh yang kau curahkan demi kenyamananku
Aku terlalu tega bertutur kasar
hanya karena satu pintaku yang tak terpenuhi..
Padahal aku tahu
pinta itu tak terpenuhi
karena tak sepeser sen pun tersisa di kantongmu
Aku terlalu tega membuatmu terseok meminta belas kasihan orang lain
demi menghilangkan rasa laparku..
maafkan aku ibu..
maafkan aku yang telah lancang
menggadaikan kasih sayangmu dengan duka

Minggu, 03 April 2011

Bayangan Semu


ia menghampiri tanpa sepatah kata
kemudian berlalu meninggalkan cerita duka
ia terlihat.. tetapi silau cahaya menyingkirkannya
lama kumencari, tetap saja tak kutemukan..
satu, dua, tiga...
seratus, dua ratus, tiga ratus...
seribu, seribu satu...
tepat di hari ke-1001..
aku mendapatinya dengan jiwa yang tak sama..

Kamis, 03 Februari 2011

Harapku


PesonaMu silaukan hati 
Tumbuhkan harap 'kan keagunganMu 
meski tak dapat kurengkuh..
CintaMu cukup menjadi oase jiwa.. 
meski tak kasat mata 
keabadianMu cukup menjadi damai hidupKu.. 
meski tak dapat kugenggam.. 
nyataMu cukup menjadi peredam pedih.. 
imajiku tentangMu 
tak 'kan terbelenggu ruang
harapku akan cintaMu 
tak 'kan terenggut waktu

~dari bilik reot kupanjatkan harap akan singgasanaMu~

Senin, 24 Januari 2011

Masa tak 'kan Menghapusmu

Denting alunan waktu membekas pilu
Tak mampu pudarkan bias jiwamu 
dalam prisma hati
meski masa telah berganti,..
rona siluet jingga di ufuk barat 
masih membayangi senyuman terakhirmu
membius dunia sadarku
melayangkan angan ke masa Dia merenggut 
jiwamu dari sisiku
walau belasan dekade zaman telah berganti
tetap saja bayangmu tak 'kan terhapus gelap
kuikrarkan setia yang tak usai
'kan kujaga rinduku hingga 
perjumpaan di altar firdaus

Jumat, 24 Desember 2010

Cerita Tentang Dia


     Aku sudah tak kuasa lagi membendung hasratku tuk bercerita tentang dia. Dia yang entah sejak kapan begitu sangat kukagumi. Dikala hati dirundung duka, memandangnya merupakan salah satu penawar. Saat aku suntuk dan tak bisa berkonsentrasi di kelas kadang akusuka mencuri pandang ke arahnya. Di setiap menikmati keelokan parasnya yang rupawan nan meneduhkan, diri ini merasa begitu kerdil dan tak ada apa-apanya di mata sang Ilahi.
   Bagiku dia penuh dengan keajaiban. Dalam sekejap dia mampu menyihirku dengan misteri yang dimilikinya. Kalau ditanya tentang dia tentu dengan bangga aku akan mengatakan "SubhanAllah.. dialah ciptaan yang kudambakan".
   Di saat fajar menyingsing, keindahannya mampu menghidupkan semangatku tuk menjalani hari yang penuh kejutan. Di saat senja, dia tampak eksotis dengan rona siluet jingga yang terbias indah diufuk barat. Di saat malam menyapa, dia yang temaram tampak begitu romantis dikala hamparan beribu bintang menemaninya.
   Dia adalah langit. Salah satu bukti keagungan sang khalik yang bisa membuat mataku berbinar di saat menatapnya. Sungguh tak ada yang mampu menyeimbangi keindahan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Selasa, 03 Agustus 2010

KAMU dalam Kisah AKU dan DIA


     Di awal pertemanan, semua terasa biasa saja. DIA hanya AKU anggap sebagai kawan bercerita, tak lebih dari itu. Bertukar canda, bertukar keluh, adu pendapat, dan saling menasihati merupakan aktifitas rutin yang biasa kami lakoni.
     Tapi, itu hanya berlaku di awal kisah. Kini, kisah tentang AKU dan DIA tak lagi
sama sejak KAMU hadir dalam kisah ini.
     KAMU datang tuk membuka mata dan hatiku.. menyadarkanku akan angan yang AKU simpan tentang DIA.
Angan yang tak mungkin kurengkuh. Angan yang mungkin tak 'kan mampu membuatku berdiri tegar.
Maaf karena sikap AKU telah berubah terhadap DIA. Disaat DIA menyapa, bukan AKU tak peduli... hanya saja AKU tak ingin menyimpan mimpi yang sia sia belaka..

~untuk DIA yang tak 'kan pernah menyadari bahwa dirinya adalah DIA~

Sabtu, 13 Maret 2010

Si Pencuri Hati






Terima kasih karena kamu masih mau membuka dan membaca tulisan ini.. Dan kuharap kamu tetap membacanya hingga akhir.. 
    Alhamdulillah, setelah bertahun-tahun kehilanganmu akhirnya aku bisa menemukanmu, dan hal yang sangat berarti bagiku ialah kamu masih mengingat dan masih menganggapku sebagai teman.
Kamu tahu tidak? Sejak aku tahu bahwa kamu akan melanjutkan sekolah di luar kota, aku tak pernah letih untuk berdoa dan berhrap agar ada keajaiban yang bisa membatalkan kepergianmu. Dan aku tidak ingin jika perpisahan itu datang. Ya..tapi aku tak bisa mewujudkan egoku, biar bagaimana pun mungkin inilah yang terbaik.
    Dan satu hal yang perlu kamu ketahui, saat adikmu mengatakan bahwa kamu sudah pergi, aku sungguh tak tahu apa yang kurasa (cemas, takut, sedih, kecewa, marah bercampur aduk menjadi satu).
Saat itu aku rasanya ingin menangis (tapi aku kan bukan anak perempuan! gengsi dong) dan tanpa pikir panjang aku berlari ke rumahmu untuk membuktikan kebenaran dari perkataan adikmu. Aku masih belum bisa menerima kenyataan itu. Saat itu mungkin aku sudah seperti orang gila yang kesurupan.
    At least, dalam kondisi megap-megap kehabisan napas, aku hanya bisa mengucap syukur karena masih bisa melihatmu untuk terakhir kalinya. Saat itu aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Aku hanya bisa tertunduk malu menyaksikanmu menertawai kekonyolanku.
    Betapa bodohnya aku bisa mempercayai perkataan adikmu. Tapi aku harus berterima kasih kepada adikmu karena telah menciptakan insiden kebohongan tersebut. Karena dengan hal tersebut aku bisa menyadari bahwa aku sangat takut kehilanganmu.
    Saat itu mungkin kamu belum menyadarinya. Tapi Tuhan tahu sejak kapan kamu ada dalam hatiku. Dan sejak saat itu kamu terus ada dsetiap langkahku. Mungkin itulah terakhir kalinya aku bisa memandangmu..
“Dua jiwa yang terpaut dalam jarak, tak bisa saling menyapa dan memandang”.
Bertahun-tahun aku hanya bisa melepas rinduku lewat untaian mimpi-mimpi dalam tidurku. Aku tak tahu siapa yang hadir dalam tiap mimpi indahmu, tapi kuharap itu aku.
   Dan hal yang perlu kamu ketahui ialah kamu akan tetap menjadi mutiara hatiku meski bagimu aku hanya sekedar teman dari masa lalumu... Well, I just wanna say happy birthday to you.
Memang ini sudah sangat terlambat.. tapi, aku sengaja mimilih untuk menjadi orang terakhir yang mengucapkannya kepadamu. Aku tak peduli siapa yang pertama. Begitu pula dengan pemilik hatimu, meski aku bukan yang pertama, tapi kuharap aku bisa menjadi yang terakhir!!

Minggu, 24 Januari 2010

Kisah Itu Tak Ingin Kukenang


DIAM!!! Masa lalu itu tak usah kau umbar lagi. Aku muak mengingat semua kenangan itu. Tak ada lagi gunanya kau datang setelah bertahun-tahun lenyap. Aku sungguh tak mengharapkanmu, semua kisah itu telah kututup rapat. Aku tak ingin lagi mengulang tuk kedua kalinya. Jika boleh, mungkin aku kan meminta kepada sang khalik tuk melenyapkan memori tentang kisah itu dari ingatanku. Namun itu sungguh mustahil. Aku tahu, aku telah memilih jalan yang keliru. Tapi, itu karena aku belum paham bahwa itu merupakan kekeliruan yang amat fatal.
Kini mataku telah terbuka lebar, pikiran dan hatiku juga sudah mampu menempatkan dan membedakan mana yang semestinya kujalani dan mana yang semestinya tak boleh kujalani. Dan sekarang aku punya hak tuk menebus semua kesalahan yang telah kutorehkan di masa silam. Apa salah jika aku memiliki masa lalu yang mungkin sangat mengherankan jika dibandingkan dengan kondisiku sekarang ini??!
Kuharap kau bisa memahami kondisiku saat ini. Kupikir, kau juga tahu bahwa tak kan ada manusia yang ingin terjatuh dalam liang kesalahan yang sama. Biarkanlah aku menjalani hariku tanpa bayang-bayang dari kisah kelam itu. Aku muak dengan semua itu. Aku tak bisa menutupi semua kebohongan itu. Biarkan saja kisah itu hanya terkubur di dalam hati.

Minggu, 10 Januari 2010

Nasib Sang Hati

Hatiku menangis...
Sayang ia tak seperti mata
yang mampu membuktikannya dengan air mata
Hatiku berteriak...
Sayang ia bukanlah mulut
yang bisa memperdengarkan suaranya
Hatiku terluka...
Tapi ia tak kuasa membagi deritanya
Hatiku dahaga...
Dahaga akan kesejukan cinta dari Dzat yang mahakekal
Hatiku resah...
Resah karena bayang-bayang cinta yang semu
Hatiku tak adil...
Tak adil dalam menempatkan posisi cinta yang semu
Hatiku keliru...
Keliru dalam mengharapkan cinta
dari dia yang tak halal bagiku
Hatiku kini menyesal...
Menyesali kekeliruannya,
menyesali ketidakadilannya,
dan menyesali keresahannya