Minggu, 31 Januari 2010

Tebusan ke SURGA


Seapik apapun derita itu disembunyikan di balik untaian senyuman, tetap saja binar dalam tatapan mata tak mampu menutupinya. Tak mengapa jika enggan membaginya dengan yang lain. Tapi kuharap derita itu tak mengundang kesedihan tuk bersemayam dalam hati. Dan kuberharap semoga ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan ketegaran dalam menghadapi kepahitan ini. 

Ya... seperti inilah konsekuensi dari pilihan yang telah diemban. Harus rela terluka. Siap mengorbankan jiwa dan raga demi sesuatu yang semestinya dipertahankan. 

Biarlah peluh keringat bercucuran. 

Biarlah air mata menetes. 

Biarlah luka tertoreh. 

Biarlah ada pertumpahan darah. 

Asal tetap melangkah tegak dalam jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wata'ala. 

Sungguh derita ini belum seberapa jika dibandingkan dengan siksa yang akan diterima jika lebih memilih untuk ingkar (naudzubillahi mindzalik). Semoga Allah Subhanahu Wata'ala senantiasa meneguhkan hati para hamba-Nya dalam kebaikan. Dan semoga hati tak pernah lalai dan lupa dalam mengingat-Nya serta tak pernah bosan tuk bersyukur kepada-Nya.

Minggu, 24 Januari 2010

Kisah Itu Tak Ingin Kukenang


DIAM!!! Masa lalu itu tak usah kau umbar lagi. Aku muak mengingat semua kenangan itu. Tak ada lagi gunanya kau datang setelah bertahun-tahun lenyap. Aku sungguh tak mengharapkanmu, semua kisah itu telah kututup rapat. Aku tak ingin lagi mengulang tuk kedua kalinya. Jika boleh, mungkin aku kan meminta kepada sang khalik tuk melenyapkan memori tentang kisah itu dari ingatanku. Namun itu sungguh mustahil. Aku tahu, aku telah memilih jalan yang keliru. Tapi, itu karena aku belum paham bahwa itu merupakan kekeliruan yang amat fatal.
Kini mataku telah terbuka lebar, pikiran dan hatiku juga sudah mampu menempatkan dan membedakan mana yang semestinya kujalani dan mana yang semestinya tak boleh kujalani. Dan sekarang aku punya hak tuk menebus semua kesalahan yang telah kutorehkan di masa silam. Apa salah jika aku memiliki masa lalu yang mungkin sangat mengherankan jika dibandingkan dengan kondisiku sekarang ini??!
Kuharap kau bisa memahami kondisiku saat ini. Kupikir, kau juga tahu bahwa tak kan ada manusia yang ingin terjatuh dalam liang kesalahan yang sama. Biarkanlah aku menjalani hariku tanpa bayang-bayang dari kisah kelam itu. Aku muak dengan semua itu. Aku tak bisa menutupi semua kebohongan itu. Biarkan saja kisah itu hanya terkubur di dalam hati.

Semu yang Melenakan


aku sudah muak dengan buaian aktifitas yg melenakan. Sibuk belajar seharian suntuk hingga lupa akan kewajiban sebagai seorang hamba (naudzubillahi min dzalik). Itu sungguh miris dan sangat menyakitkan.
Aku tahu, ujian akhir sudah di depan mata... tapi, yang ku takutkan jika kematian yg tak kuketahui kedatangannya tiba lebih dahulu dari ujian akhir yang notabene lebih kupersiapkan dengan matang.
ya Rabbi, sungguh aku tidak kaan bisa melangkah tanpa-Mu. Sungguh tak terbayangkan bagaimana jadinya hidupku jika tanpa

Minggu, 10 Januari 2010

Nasib Sang Hati

Hatiku menangis...
Sayang ia tak seperti mata
yang mampu membuktikannya dengan air mata
Hatiku berteriak...
Sayang ia bukanlah mulut
yang bisa memperdengarkan suaranya
Hatiku terluka...
Tapi ia tak kuasa membagi deritanya
Hatiku dahaga...
Dahaga akan kesejukan cinta dari Dzat yang mahakekal
Hatiku resah...
Resah karena bayang-bayang cinta yang semu
Hatiku tak adil...
Tak adil dalam menempatkan posisi cinta yang semu
Hatiku keliru...
Keliru dalam mengharapkan cinta
dari dia yang tak halal bagiku
Hatiku kini menyesal...
Menyesali kekeliruannya,
menyesali ketidakadilannya,
dan menyesali keresahannya