Kamis, 16 Maret 2023

Bersalin


Petang menjelang, perutku mulai terasa nyeri. Aku masih sempat berdandan sebelum ke Rumah Sakit. Bedak dan gincu kupoles ke wajahku.

Harus terlihat cantik, batinku


Tiba di Kamar Bersalin, nyeri perutku terus berulang, tapi sakitnya masih bisa kutahan. Aku memutuskan keluar mencari udara segar.  Berjalan bolak-balik  di depan kamar. 4 jam berlalu, nyerinya mulai terasa lebih intens, aku segera masuk ke ruang bersalin. 


"Sudah pembukaan lengkap" Kata Dokter.


Hari sudah hampir berganti. Dokter dan Bidan siap membantu proses bersalinku. 


"Mengedan Bu." Pintah Dokter.


Aku mengikuti instruksi.


"Kalau sakitnya terasa, mengedan yang kuat, Bu." Seru Bidan bergantian.


Aku menarik nafas panjang dan mengedan. Perutku terasa sangat sakit. Aku berulang kali mengedan sambil menahan sakit. Tangan suamiku semakin erat kugenggam, berharap sakitnya bisa hilang sekejap.


Aku kelelahan,  kelopak mataku menjadi berat, hampir terpejam.


"Ibu, buka mata! Tetap jaga kesadaran." Tegur  bidan yang menolong.


Perutku sudah seperti balon udara yang kepenuhan oksigen, hampir meledak. Rasa sakitnya pun sudah tidak sanggup kutahan. Aku berteriak kencang. Nyawaku terasa sudah di ubun-ubun.


Sadar betapa beratnya perjuangan ibu, aku menarik tangan ibuku dengan tenagaku yang semakin melemah, aku menangis dan meminta maaf, menyesal pernah ketus dan dingin kepadanya.


Mataku mulai terpejam, sayup-sayup kudengar suara isak tangis suami dan ibuku, saling bersahutan, sangat memilukan. 


Anak dari rahimku berhasil keluar dengan susah payah. Tak bernafas, badannya membiru, terlalu lama terjebak di jalan lahir.


#5CC

#5CC10

#bentangpustaka

#DioramaCareerClass


0 comments:

Posting Komentar

Apa komentarmu? Silakan menuliskannya ^^ ...