Jumat, 25 Juli 2025

Dunia yang Tak Terlihat

Melihat dalamnya lautan seperti menyaksikan dunia yang penuh rahasia. Di bawah permukaan, ada kehidupan yang tak terlihat, dari terumbu karang warna-warni hingga makhluk-makhluk unik yang jarang muncul ke permukaan. Lautan menyimpan banyak misteri yang membuat kita terkagum-kagum.

Di kedalaman sana, segala sesuatu berjalan dengan cara yang sempurna dan saling bergantung. Lautan mengajarkan kita untuk menghargai apa yang tersembunyi, ada banyak hal yang tak bisa kita lihat atau pahami, tapi tetap ada dan hidup di sana.

Kamis, 17 Juli 2025

Membaca Dirimu

Terkadang, ada saatnya kamu merasa seperti halaman-halaman buku usang yang tak sempat dibaca orang lain. Kamu hadir, kamu berbicara, kamu mencoba untuk terbuka, tapi tetap saja dunia terasa terlalu sibuk untuk benar-benar membaca dirimu. Bahkan kamu mulai ragu, apakah kata-kata yang kamu tulis dalam sikap, tawa, dan diam itu bisa dimengerti siapa pun?


Meski demikian, jangan pernah terburu-buru menghapus bagian-bagian penting dari dirimu hanya karena belum ada yang memahami isinya. Seperti buku yang menunggu pembacanya, kamu pun sedang menunggu waktu yang tepat.


Mungkin butuh waktu, tapi kelak kamu akan bertemu orang-orang baik yang membaca dirimu apa adanya, bukan dengan prasangka, tapi dengan hati yang utuh dan niat yang tulus.


Orang-orang itu tidak akan hanya melihat sampulmu atau menilai dari bab awal hidupmu. Mereka akan sabar menyimak cerita yang kamu bawa, bahkan bagian-bagian yang sulit dimengerti sekalipun. Mereka tidak akan memaksamu mengubah alur atau menyembunyikan luka, karena bagi mereka, dirimu sebagaimana adanya sudah cukup indah untuk dipahami.


Jadi tetaplah menjadi dirimu, meski dunia belum mengerti. Karena suatu hari, seseorang akan datang dan tak hanya membaca, tapi mencintai seluruh isi ceritamu.


Senin, 14 Juli 2025

Baper dengan Bijak

“Makanya jangan gampang baper!” celetukmu sambil cengengesan, wajahmu santai seperti biasa. Di tengah obrolan hangat bersama beberapa teman, kamu menanggapi cerita-cerita random dengan lepas, seolah tak ada beban yang mengganggu.

Suara tawa dan canda mengisi ruangan, percakapan kalian mengalir begitu seru. Sedangkan aku? Sedari tadi hanya duduk diam, sesekali mengangguk-angguk kecil, menyimak tanpa banyak bicara.


Kalian semakin heboh membahas soal perasaan, sesuatu yang selalu rumit tapi juga menarik. Aku yang tadinya cuma diam akhirnya ikut nimbrung, “Memangnya kita beneran bisa mengendalikan perasaan ya? Bagaimana kalau tiba-tiba kamu ketemu seseorang, tanpa aba-aba, dan tiba-tiba hatimu jatuh, terkesima saat melihat dia? Padahal dia cuma diam, nggak ngapa-ngapain.”


Aku menatap satu per satu teman yang hadir dengan penasaran, “Kalian pernah ngalamin hal kayak gitu?”


Salah satu dari mereka tersenyum, “Gak pernah sih, tapi seandainya aja tiba-tiba kejadian seperti itu, kayaknya wajar banget, ya?”


Kamu mengangguk pelan dan mulai menjelaskan dengan suara tenang, “Gini loh, sebenarnya, mengendalikan perasaan itu bukan tentang memaksakan diri buat gak ngerasain apa-apa. Tapi lebih ke bagaimana kita bisa ngatur respon kita, menetapkan batas supaya kita nggak sampai hilang arah atau bikin keputusan yang nantinya disesali, nggak melakukan hal yang bertentangan dengan nilai-nilai yang kita pegang, aturan agama misalnya.”


Aku mengerutkan dahi, “Kalau perasaan itu datang tanpa diduga, gimana caranya kita bisa sadar dan pasang batas? Kadang kita baru sadar kalau udah kebablasan.”


Kamu mengangkat bahu, “Itu memang sulit. Tapi yang namanya perasaan itu natural. Yang penting, setelah sadar, kita harus bisa ambil langkah bijak. Jangan sampai perasaan yang datang tiba-tiba itu yang mengatur kita, sebaliknya, kita yang harus bisa mengendalikan perasaan itu.”


Seorang teman lain menimpali, “Iya, misalnya kamu lagi jatuh cinta, tapi sadar kalau nggak perlu buru-buru membuat keputusan atau ngebayangin masa depan yang belum jelas. Santai aja dulu, kasih waktu untuk saling mengenal.”


Aku tersenyum kecil, merasa mendapat pelajaran penting malam itu. “Jadi, intinya, bukan berarti kita harus menahan atau mengabaikan perasaan. Tapi kita harus bisa mengenali dan memahami perasaan itu, lalu mengelolanya dengan bijak supaya nggak sampai menyakiti diri sendiri atau orang lain.”


Kamu mengangguk setuju, “Bener banget. Perasaan boleh datang dan pergi, tapi kita yang pegang kendali atas diri sendiri.”


Suasana menjadi hening sesaat, lalu tawa dan obrolan kembali mengalir. Aku merasa, malam itu aku belajar sesuatu yang berharga, bahwa untuk bisa hidup dengan tenang, kita harus paham kapan harus membuka hati dan kapan harus menjaga jarak, bukan untuk membuat diri kita jadi dingin atau tertutup, tapi supaya kita tetap kuat dan bijak dalam menghadapi segala perasaan yang datang.

Jumat, 11 Juli 2025

Choose Wisely

Saat dihadapkan pada sebuah pilihan, terlebih jika itu terkait teman seumur hidup, tentu banyak hal yang perlu dipertimbangkan.

Dari banyak kriteria yang kau sebut dalam do'a-do'amu...

Akhirnya kamu akan memilih seseorang yang membuatmu tenang, dia yang terus memperjuangkanmu, yang nggak menyerah meski tahu kurangmu sangat banyak. Karena dia yakin kalian punya tujuan sama, yaitu menuju syurga-Nya.


Menentukan pasangan hidup bukan sekadar soal perasaan. Bukan hanya tentang siapa yang membuatmu tersenyum paling lebar atau siapa yang paling sering hadir di hari-harimu. Tapi tentang siapa yang tetap tinggal saat kamu tak lagi sekuat biasanya. Siapa yang bersedia menapaki jalan panjang, menempuh suka dan duka bersamamu, tanpa pernah ingin menyerah di tengah jalan.

Pilihan itu harus bijak. Karena menikah bukan garis akhir, justru awal dari perjalanan baru yang jauh lebih kompleks dan penuh ujian. Maka, kamu butuh seseorang yang bisa menjadi teman seperjuangan, bukan hanya teman bersenang-senang.

Pilihlah ia yang menuntun, bukan yang menuntut. Yang mengingatkanmu saat lalai, bukan yang meninggalkanmu saat kamu jatuh. Yang sabar dengan prosesmu, bukan yang hanya hadir saat kamu sudah 'berhasil'.

Pasangan hidup yang baik bukan yang sempurna. Tapi yang tahu bahwa kalian sama-sama tidak sempurna, dan tetap memilih untuk memperbaiki diri bersama. Ia tahu bahwa cinta butuh kerja keras, bukan hanya kata-kata manis. Bahwa hubungan yang baik itu dibangun, bukan ditemukan begitu saja.

Dan pada akhirnya, kamu akan memilih bukan karena siapa dia sekarang, tapi karena apa yang ingin kalian capai bersama. Sebab cinta yang sejati akan selalu membawa dua jiwa untuk tumbuh dan bertemu kembali di tempat terbaik: surga-Nya.

Choose wisely. Karena hidup ini terlalu berharga untuk dijalani dengan orang yang salah.