Kamis, 27 Maret 2014

Memaafkan, sanggupkah kita?

Aku mendelik, mengingat kejadian-kejadian yang lalu. Pertengkaran-pertengkaran yang membuat kami -kakak beradik- saling mendiami hingga berhari-hari, padahal penyebabnya hanya hal sepele.  Dan karena ego serta gengsi yang selangit, diantara kami tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mau memulai meminta maaf dan memaafkan.

Mungkin hal tersebut masih tergolong wajar untuk kami yang masih anak-anak saat itu. Namun, betapa tidak wajarnya jika gengsi tersebut terpelihara hingga usia yang lebih dewasa, di usia yang notabene seharusnya kami sudah lebih matang dalam mengontrol emosi dan tahu menjaga  perasaan satu sama lain. Tapi pada kenyataannya, tetap saja masih banyak kaum "tua" yang mengaku sudah makan banyak asam garam, namun ego dan gengsinya masih selangit sehingga enggan untuk memulai meminta maaf bahkan memaafkan.

Lalu bagaimana dengan diri kita sendiri? Apa kabar hati kita? Saat tersakiti, sanggupkah memaafkan setulus-tulusnya? Saat menyakiti, sanggupkah meminta maaf dengan bijak? Ya cukuplah menilai diri kita masing-masing.

Sesakit apa pun itu, kita harus membiasakan hati untuk melapangkan, mengikhlaskan dan memaafkan. Tidak ada cara lain. Memaafkan dengan sebaik-baiknya maaf adalah satu-satunya cara untuk menyembuhkan sakit dan menghilangkan luka serta bekasnya. Hakikatnya memaafkan bukanlah perkara mudah, namun  semoga kita termasuk bagian orang-orang yang diberikan kelapangan hati untuk memaafkan dengan mudah.

"Dan balasan kejelekan itu adalah kejelekan pula, namun siapa yang memaafkan dan memperbaiki (hubungannya), maka pahala baginya di sisi Allah. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang dzalim." Q.S. Asy Syura: 40

"Tidak ada orang yg memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya." HR.Muslim

2 komentar:

Apa komentarmu? Silakan menuliskannya ^^ ...