Semakin kubergerak menjauh,
langkah itu semakin jelas terdengar.
langkah itu semakin jelas terdengar.
“Ini bukan halusinasi
yang nyata ‘kan?” Umpatku pelan.
Aku menoleh, membidik arah suara jejak. Nihil.
“Tidak ada
siapa-siapa! Yang benar saja?”
Dekap langkah itu
semakin kuat menghipnotis.
Seperti memburu semakin cepat.
Seperti memburu semakin cepat.
Membuat gelagatku
semakin tidak beres. Panik.
Degup jantungku tak
karuan.
Iya betul nyata oleh
indera ku.
Sesaat aku tak bergeming.
Sesaat aku tak bergeming.
. . . . . . . . .
Langkah itu mencoba
mengelabui.
Terdiam seperti aku yang tak bergeming
Terdiam seperti aku yang tak bergeming
Tapi, tak ada bayang
nyata disini.
Sama sekali tak tertangkap oleh retinaku.
Sama sekali tak tertangkap oleh retinaku.
“Hei! Ada orang di
situ?” suaraku bergetar.
Selang
sedetik, dari sudut ruang
yang berbeda terdengar suara samar
dengan pertanyaan sama yang kulontarkan.
yang berbeda terdengar suara samar
dengan pertanyaan sama yang kulontarkan.
"Apa yang salah dengan tempat ini?" Tanyaku kebingungan.
“Sangat bodoh! Kenapa
aku baru menyadarinya?” ucapku sembari menertawakan diri.
Ternyata langkah itu pantulan
suara yang kuciptakan dari derit alas kaki ku. Gaung.
suara yang kuciptakan dari derit alas kaki ku. Gaung.
~Teruntuk gaung yang menyimpan misteri, padamu aku
belajar tentang nyata yang terkadang ‘tak mesti ditampakkan. ~